Search

Home / Khas / Kesehatan

Ketika Janji Bupati Tiba di Sisi Ranjang

Editor   |    02 Juni 2025    |   20:04:00 WITA

Ketika Janji Bupati Tiba di Sisi Ranjang
Bupati Adi Arnawa didampingi Wabup Alit Sucipta menjenguk Ni Made Lori, di Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Senin (2/6/2025). (foto/adi)

HARI-hari Ni Made Lori (70) di Banjar Kulibul Kangin, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, adalah potret keheningan yang panjang. Sejak stroke mengunci tubuhnya, ia terbaring lemah, dunia luar hanya sebatas bayangan. Tapi, di tengah sunyi yang biasa, sebuah harapan tak terduga hadir, dibawa oleh langkah-langkah pelan yang masuk ke rumah sederhananya.

Di antara rombongan kecil itu, ada sosok yang familiar dari berita dan poster: Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa dan Wakil Bupati Bagus Alit Sucipta. Mereka datang. Bukan untuk formalitas, bukan pula kampanye. Mereka datang untuk menjemput sebuah janji.

"Ini bukti keseriusan kami," ucap Bupati Adi Arnawa, dengan gaya khasnya yang lugas tapi tulus, tanpa basa-basi birokrasi. "Mudah-mudahan ini akan berlanjut terus, tidak hanya hari ini saja dan tidak anget-anget tai ayam." Kalimat itu bagai penyejuk di tengah kekeringan harapan.

Ketika Sehat Tak Lagi Menunggu Kedatangan

Sistem kesehatan kita seringkali meminta pasien datang. Tapi bagaimana dengan Ni Made Lori? Bagaimana dengan ribuan lansia lain yang terhimpit keterbatasan fisik, tak punya kendaraan, atau keluarga yang bingung harus berbuat apa? Pertanyaan getir inilah yang melahirkan program Nak Badung Sehat.

Program ini bukan sekadar janji di atas kertas. Ia lahir dengan wujud konkret: layanan home care yang menjangkau pasien di rumah, Telemedicine untuk konsultasi jarak jauh, SIGAP (Siap Antar Jemput Pasien) yang siap bergerak, hingga Aplikasi Badung Sehat di genggaman. Hanya dua hari setelah diresmikan, Bupati langsung turun. Ia ingin memastikan, tak ada satu pun warga, sekecil apapun posisinya, luput dari sentuhan negara.

Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kuta Utara, sebagai ujung tombak, bukan hanya membawa stetoskop atau jarum suntik. Mereka membawa misi yang lebih besar: bahwa hak untuk sehat adalah milik setiap warga, tak peduli kondisi fisiknya.

Negara yang Hadir, Bukan Hanya Mengawasi

"Kalau masyarakat tidak punya kendaraan, kami siapkan antar jemput," tegas Adi Arnawa. "Kalau kesulitan komunikasi, bisa lewat aplikasi atau langsung hubungi Kontak Bupati." Ia menyadari, teknologi harus jadi sahabat bagi yang lemah, bukan sekadar gaya hidup bagi yang melek digital.

Hari itu, tak ada tepuk tangan membahana. Tak ada pidato panjang yang memekakkan telinga. Yang ada hanyalah senyum tipis di wajah Ni Made Lori, seorang perempuan tua yang mungkin untuk pertama kalinya merasakan bahwa negara benar-benar hadir. Bukan di kantor mewah, bukan pula di panggung megah, melainkan tepat di sisi ranjangnya.

Mungkin Ni Made Lori tak tahu apa itu Asta Cita atau jargon-jargon pembangunan. Tapi ia pasti merasakan satu hal yang lebih mendalam: bahwa ia tidak sendiri. Dan dari rumah sederhana di Tibubeneng itu, sebuah pesan humanis memantul ke seluruh penjuru Badung: negara tidak seharusnya menunggu. Ia harus menyapa. Bahkan ketika yang disapa tak bisa mengangkat tangannya untuk membalas sapaan itu sekalipun. (adi/suteja)

Baca juga :
  • Minyak Cukil, Usada Bali dari Kedalaman Laut
  • Hasilkan Inovasi dari Pengalaman Pahit
  • Pekak Cepeg, dari Tak Sengaja jadi Terkenal