Heatwave Tewaskan Ribuan, Indonesia Diminta Siap Hadapi Iklim
                            
DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Gelombang panas ekstrem melanda Eropa sejak Juni 2025 dan telah menelan lebih dari 2.300 korban jiwa. Suhu tinggi memaksa ribuan sekolah ditutup dan meningkatkan risiko kebakaran serta krisis kesehatan di sejumlah negara.
Dosen Teknik Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair), Wahid Dianbudiyanto, menilai fenomena tersebut sebagai tanda bahwa krisis iklim tidak lagi bisa diabaikan. Menurutnya, gelombang panas tahun ini tidak normal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau melihat data jangka panjang, kejadian ini melampaui kondisi musiman. Suhunya memecahkan rekor dan dampaknya luas. Ini bukan sekadar cuaca ekstrem biasa,” ujar Wahid yang saat ini sedang menempuh studi S3 di Belgia melalui siaran pers, Selasa (15/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa tekanan tinggi dari Afrika Utara menyebabkan udara panas terperangkap di wilayah Eropa Barat. Kombinasi udara kering, laut Mediterania yang lebih panas dari biasanya, dan langit tanpa awan membuat sinar matahari langsung memanaskan daratan secara ekstrem.
Selain faktor cuaca alami, Wahid menegaskan bahwa perubahan iklim akibat aktivitas manusia turut memperparah situasi. Emisi gas rumah kaca telah menaikkan suhu rata-rata global, sehingga gelombang panas menjadi lebih sering dan lebih intens.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa ancaman serupa juga bisa terjadi di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah diminta mulai menyusun langkah konkret menghadapi potensi gelombang panas di dalam negeri.
“Pemerintah perlu memperkuat sistem peringatan dini, memperbaiki infrastruktur kesehatan, mendorong energi terbarukan, dan membangun kota-kota yang ramah iklim. Edukasi publik juga sangat penting,” katanya.
Di tingkat masyarakat, Wahid menyarankan agar warga tetap memantau prakiraan cuaca, menjaga hidrasi, menghindari aktivitas luar ruang saat siang hari, dan memperhatikan kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
Menurut Wahid, fenomena yang sedang terjadi di Eropa menjadi peringatan nyata bahwa perubahan iklim adalah ancaman lintas negara yang membutuhkan kesadaran kolektif dan kesiapsiagaan nasional.
(riki/sukadana)