DENPASAR, PODIUMNEWS.com – Amblesnya jalur nasional di Desa Bajera, Kecamatan Selemadeg, Tabanan, bukan sekadar gangguan infrastruktur sementara. Peristiwa ini menguak satu persoalan mendasar: Bali terlalu bergantung pada satu akses logistik utama untuk menghubungkan wilayah timur dan barat pulau. Kerusakan struktur gorong-gorong tua di KM 38+725 telah menghentikan sementara jalur nasional yang menjadi nadi distribusi barang, energi, dan pangan di Bali. Meski penanganan darurat tengah dilakukan, para pengambil kebijakan tak menutup mata terhadap fakta bahwa tak ada jalur cadangan sekelas nasional yang siap pakai jika akses ini lumpuh total. “Pertemuan kita hari ini secara khusus membahas dampak kerusakan jalan nasional di Bajera. Ini satu-satunya jalur nasional yang menjadi rujukan utama logistik Bali,” ujar Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, saat memimpin High Level Meeting (HLM) TPID Bali, Selasa (15/7/2025) di Denpasar. Ia memastikan pemerintah langsung bergerak cepat bersama BBPJN, Pertamina, dan stakeholder lainnya untuk menangani kerusakan dan menjaga kelancaran distribusi. Targetnya, jalur kembali difungsikan dalam waktu dekat. Namun pertanyaannya lebih besar dari sekadar kapan jalur itu kembali dibuka: mengapa tidak ada sistem cadangan? Apa yang terjadi jika krisis serupa terjadi di musim hujan atau saat puncak distribusi hari raya? Kepala Kantor Perwakilan BI Bali, R. Erwin Soeriaatmadja, menyebut distribusi logistik sebagai salah satu risiko utama yang bisa memicu inflasi ke depan. “Selain infrastruktur, cuaca dan harga pendidikan juga perlu diwaspadai. Tapi distribusi jadi faktor kunci,” ujarnya. Dari data BI, inflasi bulanan Bali per Juni 2025 tercatat 0,44%, lebih tinggi dari nasional (0,19%). Meskipun masih dalam batas sasaran tahunan 2,94% (yoy), tekanan dapat meningkat bila jalur distribusi kembali terganggu. Pertamina dan Dinas Pangan memastikan pasokan tetap aman setidaknya untuk saat ini. Pengalihan jalur ke utara dilakukan, dan depot di Manggis serta Sanggaran tetap siaga. Namun keandalan sistem jangka panjang belum banyak dibahas. “Jalan boleh rusak, tapi sistem dan kerja kita tidak boleh berhenti,” kata Dewa Indra. Tapi publik mulai bertanya: bagaimana jika kerusakan berikutnya tak bisa ditangani dalam hitungan hari? Apakah Bali siap jika distribusi benar-benar lumpuh? Pertanyaan itu tetap menggantung. Dan satu titik lumpuh di Bajera kini telah cukup untuk membuka mata: satu jalur rusak, seluruh Bali berisiko lumpuh total. (sukadana)
Baca juga :
• Sidak Pangkalan LPG di Badung, Ini Pelanggaran yang Ditemukan
• LPG 3 Kg Langka Lagi di Denpasar? Belasan Pangkalan Langgar Aturan
• Warga Terbantu Pelayanan Perizinan Keliling Pemkot Denpasar