Podiumnews.com / Aktual / Ekonomi

Pariwisata Bali Naik, Nilai Tukar Petani Justru Turun

Oleh Podiumnews • 03 September 2025 • 10:53:00 WITA

Pariwisata Bali Naik, Nilai Tukar Petani Justru Turun
ILUSTRASI: Petani Bali bekerja di sawah hijau berteras, berlatar pura dan pegunungan, mencerminkan kontras pariwisata maju dengan kehidupan agraris sederhana. (podiumnews)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali merilis data terbaru, Senin (1/9/2025), yang menunjukkan kontras antara kinerja sektor pariwisata dan kondisi petani di daerah ini. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada Juli 2025 tercatat mencapai 697,11 ribu kunjungan, naik 11,42 persen dibandingkan Juli 2024. Secara kumulatif, sepanjang Januari hingga Juli 2025, total kunjungan wisman mencapai 3,98 juta atau meningkat 12,46 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) juga melonjak. Pada Juli 2025, jumlah perjalanan wisnus mencapai 2,29 juta, naik 31,96 persen dibanding Juli 2024. Kabupaten Badung menjadi tujuan utama dengan 604,71 ribu perjalanan, disusul kunjungan terbanyak dari Provinsi Jawa Timur.

Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel pun ikut terdongkrak. Pada Juli 2025, TPK hotel bintang mencapai 67,75 persen, naik 3,10 persen poin dibanding Juni 2025. Hotel nonbintang juga meningkat dengan TPK 49,00 persen.

Namun, di tengah geliat pariwisata, kondisi petani justru tertekan. Nilai Tukar Petani (NTP) Bali pada Agustus 2025 tercatat hanya 98,95, turun 2,69 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan ini dipicu turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 2,76 persen, sementara indeks yang dibayar petani hanya turun tipis 0,07 persen.

Dari subsektor, NTP tertinggi dicatatkan tanaman perkebunan rakyat sebesar 107,83, disusul tanaman pangan 103,22. Adapun subsektor peternakan mencatat NTP terendah hanya 91,34. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Bali juga turun 2,97 persen menjadi 105,21.

BPS Bali menjelaskan, turunnya NTP menandakan pendapatan petani tidak sebanding dengan biaya produksi. Sementara pariwisata dan ekspor menunjukkan tren positif, ketahanan ekonomi petani justru melemah.

Kondisi ini menegaskan dua wajah ekonomi Bali: sektor pariwisata yang terus bertumbuh, berbanding terbalik dengan tekanan yang dihadapi petani.

(sukadana)