Search

Home / Aktual / Ekonomi

Ekonom UGM Ingatkan Risiko Rupiah Melemah Imbas Kebijakan Menkeu Baru

Nyoman Sukadana   |    12 September 2025    |   18:26:00 WITA

Ekonom UGM Ingatkan Risiko Rupiah Melemah Imbas Kebijakan Menkeu Baru
Ilustrasi pelemahan mata uang di tengah gejolak ekonomi global. (podiumnews)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang akan menarik dana Rp200 triliun dari Bank Indonesia untuk menjaga likuiditas menuai sorotan. Ekonom Universitas Gadjah Mada, Denni Puspa Purbasari PhD, menilai langkah tersebut memang berpotensi mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, tetapi memiliki risiko terhadap stabilitas eksternal, khususnya nilai tukar Rupiah.

Menurut Denni, peningkatan likuiditas akan menurunkan suku bunga sehingga memicu risiko investor memindahkan modal ke luar negeri. Kondisi ini bisa membuat Rupiah terdepresiasi terhadap mata uang asing.

“Akibatnya, dana mereka berpotensi dialihkan ke luar negeri. Apabila kondisi ini terjadi, kurs Rupiah akan melemah,” ujarnya melalui siaran pers, Kamis (11/9/2025).

Denni menjelaskan, dalam perspektif ekonomi, kebijakan idealnya menjaga keseimbangan internal maupun eksternal. Keseimbangan internal ditandai dengan inflasi stabil dan kesempatan kerja penuh, sedangkan keseimbangan eksternal tercermin dari stabilitas neraca transaksi berjalan dan aliran modal internasional. Namun, kedua tujuan ini seringkali bertentangan.

“Ketika negara mengejar stabilitas internal, bisa berdampak negatif terhadap stabilitas eksternal, begitu pula sebaliknya,” jelasnya.

Ia menegaskan, modal global cenderung mencari keuntungan tertinggi pada tingkat risiko yang sama. Karena itu, Menkeu perlu mempertimbangkan agar depresiasi Rupiah tidak terlalu tajam yang berpotensi memicu defisit neraca transaksi berjalan.

Denni juga menyinggung bahwa kebijakan likuiditas seharusnya menjadi ranah Bank Indonesia. Sesuai mandat, BI bertugas menjaga stabilitas Rupiah, baik inflasi maupun nilai tukar. Sementara itu, data Bank Indonesia menunjukkan hingga semester I 2025, neraca transaksi berjalan defisit 3,2 miliar dolar, sedangkan neraca finansial minus 5,6 miliar dolar akibat keluarnya investasi portofolio senilai 8 miliar dolar.

Meski Rupiah hanya terdepresiasi 1,44 persen terhadap dolar AS sepanjang 2025, pelemahan lebih tajam tercatat terhadap mata uang lain: 4,62 persen terhadap Yuan, 8,17 persen terhadap dolar Singapura, 8,68 persen terhadap dolar Australia, dan 14,42 persen terhadap Euro.

(riki/sukadana)

Baca juga :
  • Badung Raih Apresiasi Nasional Peduli UMKM di HUT KompasTV
  • Stabilitas Fiskal dan Komunikasi Kebijakan Jadi Kunci Kepercayaan Pasar
  • Biaya Transportasi RI Tembus 12,46 Persen Lebihi Standar Bank Dunia