Podiumnews.com / Aktual / Ekonomi

Over Tourism Akibat Viralitas Media Sosial Jadi Tantangan

Oleh Nyoman Sukadana • 18 September 2025 • 17:06:00 WITA

Over Tourism Akibat Viralitas Media Sosial Jadi Tantangan
Sesi pemaparan oleh para pemateri dalam Techxplore Tourism 2025, Selasa (16/9/2025). (dok/UNAIR)

SURABAYA, PODIUMNEWS.com - Fenomena over tourism akibat viralitas media sosial menjadi sorotan utama dalam seminar Techxplore Tourism 2025 yang digelar Program Studi D4 Destinasi Pariwisata Universitas Airlangga (UNAIR). Kegiatan yang berlangsung di Aula Gedung C, Fakultas Vokasi Kampus Dharmawangsa-B UNAIR pada Selasa (16/9/2025), menghadirkan akademisi dan praktisi yang menekankan pentingnya strategi baru dalam mengelola pariwisata nasional.

Wakil Dekan I Fakultas Vokasi UNAIR, Dr Andi Estetiono SE MM, menyebut pariwisata memiliki peran besar bagi masa depan ekonomi Indonesia. Menurutnya, perkembangan teknologi memberi peluang sekaligus tantangan. “Pariwisata itu tidak hanya wisata, tapi juga budaya. Saya yang orang ekonomi melihat masa depan perekonomian Indonesia ada di pariwisata, karena pariwisata adalah sesuatu yang unik,” terangnya.

Salah satu pemateri, Delfa Plezia Puspa Andrini, menyoroti bagaimana media sosial kini menjadi instrumen utama promosi destinasi. Namun, viralitas kerap menimbulkan dampak negatif. “Ketika suatu tempat viral, orang berbondong-bondong datang dan pengunjung membludak. Masalahnya, tidak semua destinasi siap menerima pengunjung terlalu banyak,” ujarnya.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Barry Nuqoba SSi MKom PhD. Ia menyebut viralitas bak pisau bermata dua. Di satu sisi, membuat destinasi yang sepi menjadi dikenal. Namun di sisi lain, dapat menimbulkan tekanan besar pada infrastruktur, lingkungan, dan masyarakat lokal. “Kita sebenarnya tidak kekurangan potensi. Yang kita butuhkan adalah cara untuk mengubah potensi itu menjadi nilai ekonomi dengan pemanfaatan teknologi,” jelasnya.

Menurut Barry, teknologi seperti big data dapat membantu pemerintah dan pengelola destinasi memahami pola kunjungan wisatawan. Sistem digitalisasi dan reservasi daring memungkinkan data wisatawan terkumpul secara rapi, sehingga strategi pemasaran dapat disusun lebih tepat sasaran. “Dengan data, kita bisa melihat karakteristik konsumen dan menentukan strategi promosi yang efektif,” tambahnya.

Meski begitu, Dr Sri Endah SSos MSi mengingatkan bahwa teknologi tidak bisa menggantikan pengalaman nyata dalam berwisata. Menurutnya, inti dari pariwisata adalah pengalaman yang dirasakan secara langsung oleh wisatawan. “Pariwisata itu soal pengalaman. Entah pengalaman desa, petualangan, olahraga, atau kuliner, semua tidak mungkin hanya melalui cerita atau teknologi. Tetap harus dirasakan,” tegasnya.

Seminar Techxplore Tourism 2025 menjadi momentum bagi UNAIR untuk mendorong diskusi kritis mengenai tantangan pariwisata era digital. Viralitas media sosial diakui membawa manfaat besar, namun sekaligus menuntut kesiapan infrastruktur, regulasi, dan inovasi manajemen destinasi. Tanpa langkah strategis, potensi pariwisata bisa berbalik menjadi masalah sosial dan lingkungan.

(riki/sukadana)