Search

Home / Muda / Komunitas

Komunitas Marah-Marah di X Jadi Fenomena Digital

Nyoman Sukadana   |    19 September 2025    |   20:43:00 WITA

Komunitas Marah-Marah di X Jadi Fenomena Digital
Ilustrasi warganet menggunakan media sosial X sebagai ruang ekspresi yang dinamis, mencerminkan fenomena Komunitas Marah-Marah di dunia digital. (podiumnews)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Komunitas Marah-Marah di platform media sosial X kini menjadi fenomena digital yang menarik perhatian. Komunitas daring yang awalnya hadir sebagai wadah pelepasan emosi negatif sehari-hari berkembang menjadi ruang interaksi yang sangat aktif dengan jutaan anggota.

Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Gadjah Mada tengah melakukan riset terhadap pola komunikasi yang terbentuk dalam komunitas tersebut. Ketua tim, Muh Faiq Fauzan, menjelaskan dalam satu tahun jumlah anggota meningkat tiga kali lipat hingga mencapai satu juta pengguna. Lonjakan itu menunjukkan semakin banyak warganet yang mencari ruang pelampiasan emosi di dunia maya.

“Komunitas Marah-Marah menarik untuk diteliti karena pertumbuhannya sangat cepat. Ruang ini menjadi tempat orang mengekspresikan diri tanpa rasa takut, tetapi juga menghadirkan persoalan baru seperti ujaran kebencian, serangan personal, dan diskriminasi digital,” kata Faiq melalui keterangannya, Jumat (19/9/2025).

Dalam riset berjudul Antara Safe Space dan Toxic Space: Studi Ekologi Media terhadap Komunitas Marah-Marah di Media Sosial X, tim menggunakan Teori Ekologi Media Marshall McLuhan. Pendekatan ini menyoroti bagaimana fitur media seperti retweet, komentar terbuka, dan algoritma membentuk pola interaksi pengguna.

Metode riset yang dipakai adalah mixed-method dengan observasi partisipatoris, survei, dan wawancara mendalam. Hasil awal menunjukkan bahwa komunitas ini memiliki dua sisi yang kontras. Di satu sisi, komunitas menjadi ruang aman bagi pengguna untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan emosional. Di sisi lain, komentar bernada ofensif, pelanggaran privasi, dan potensi perundungan masih marak ditemukan.

“Kompleksitas ini penting dikaji agar masyarakat lebih sadar akan etika bermedia. Kami berharap riset ini dapat memberi kontribusi pada literasi digital dan mendukung penyusunan kebijakan publik yang lebih berpihak pada ruang digital sehat,” ujar Faiq.

Selain menghasilkan artikel akademik, tim PKM-RSH UGM juga merencanakan kampanye edukasi dan policy brief bagi Kementerian Komunikasi dan Digital. Upaya itu diharapkan mampu membangun kesadaran warganet untuk berkomunikasi secara kritis, empatik, dan bertanggung jawab di media sosial.

(riki/sukadana)

Baca juga :
  • Parade Baleganjur Jadi Panggung Kreativitas Pemuda Denpasar
  • Wagub Bali Resmi Tutup Pertukaran Pemuda Antarprovinsi di Gianyar
  • Rabu Puisi Jadi Panggung Anak Muda Singaraja Menyapa Dunia