Podiumnews.com / Aktual / Ekonomi

Harga Pangan Naik, Ekonom Soroti Dampak ke Sektor Lain

Oleh Nyoman Sukadana • 03 Oktober 2025 • 09:08:00 WITA

Harga Pangan Naik, Ekonom Soroti Dampak ke Sektor Lain
Ilustrasi: Suasana pasar tradisional pagi hari, pedagang menjual cabai, telur, dan ayam potong di tengah aktivitas warga. (podiumnews)

YOYGAKARTA, PODIUMNEWS.com -  Terjadinya pelemahan nilai rupiah saat kenaikan harga pangan kembali menjadi perhatian publik. Lonjakan harga kebutuhan pokok, terutama cabai, daging ayam, dan telur, terpantau signifikan di sejumlah pasar tradisional di berbagai daerah.

Ekonom Wisnu Setiadi Nugroho menilai kondisi tersebut merupakan kombinasi antara persoalan pasokan dan permintaan. Ia mencontohkan kasus di Bandung, di mana pasokan menipis karena faktor musim dan distribusi, sementara permintaan meningkat akibat konsumsi rumah tangga dan program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah.

Menurutnya, meski kenaikan harga pangan tidak selalu berdampak besar secara nasional, akumulasi kontribusi tetap menambah tekanan inflasi. “Kenaikan harga komoditas tertentu bisa tajam di pasar lokal, walaupun dampak nasionalnya terbatas jika ada koreksi harga pada komoditas lain,” kata Wisnu, Kamis (2/10/2025).

Ia mengingatkan risiko efek rambatan (second-round effects) yang dapat memicu kenaikan biaya transportasi dan logistik. “Bagi industri kecil dan UMKM, lonjakan harga bahan baku seperti telur, minyak goreng, dan ayam dapat menambah biaya produksi hingga akhirnya memengaruhi harga jual,” jelasnya.

Untuk jangka pendek, ia menyarankan pemerintah melakukan stabilisasi harga melalui operasi pasar dan pemanfaatan stok Bulog untuk komoditas prioritas. Selain itu, koordinasi logistik MBG perlu diperkuat agar pembelian bahan pangan tidak menimbulkan lonjakan permintaan mendadak.

“Bantuan pangan terarah seperti voucher pangan dan sistem pemantauan harga real-time juga penting agar intervensi dapat dilakukan cepat dan tepat sasaran,” imbuhnya.

Wisnu juga menilai strategi jangka panjang perlu difokuskan pada perbaikan infrastruktur logistik dan peningkatan kapasitas produksi pangan lokal. Modernisasi sistem Bulog berbasis data juga dinilai krusial agar intervensi pasar bisa dilakukan lebih efisien.

“Kebijakan harga yang transparan serta pengawasan terhadap praktik penimbunan tidak wajar dibutuhkan agar gejolak harga tidak terus berulang,” tegasnya.

Ia berharap momentum kenaikan harga pangan dapat menjadi titik balik bagi pemerintah untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional. “Kenaikan harga jangan sampai berubah menjadi krisis, tetapi menjadi sinyal untuk memperkuat sistem pangan yang berkelanjutan dan melindungi masyarakat paling rentan,” tutupnya.

(riki/sukadana)