Search

Home / Muda / Kampus

Mahasiswa UGM Rancang Model Desa untuk Atasi Krisis Sampah DIY

Nyoman Sukadana   |    04 Oktober 2025    |   06:39:00 WITA

Mahasiswa UGM Rancang Model Desa untuk Atasi Krisis Sampah DIY
Pekerja memilah sampah di unit pengolahan Desa Panggungharjo, lokasi riset mahasiswa UGM untuk model pengelolaan sampah berbasis desa. (Dok/UGM)

YOGYAKARTA, PODIUMNEWS.com - Krisis pengelolaan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencuat setelah penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan pada 2024. Penutupan ini menyebabkan penumpukan sampah di berbagai titik dan mendorong munculnya beragam inisiatif untuk mencari solusi berkelanjutan. Di tengah situasi itu, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengambil langkah nyata dengan merancang model pengelolaan sampah berbasis desa.

Tim mahasiswa Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM melakukan penelitian di dua desa, yaitu Panggungharjo, Kabupaten Bantul, dan Sinduadi, Kabupaten Sleman. Mereka terdiri dari Muhammad Thoriq Nailul Author, Pradipta Arya Arsensa, Fata Rozin Jahfal, dan Peter Gabriel Taiyoo Karnodipuro, di bawah bimbingan dosen Nur Azizah SIP MSc, dari Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM.

Penelitian ini bertujuan memetakan alur sampah dari rumah tangga hingga pembuangan akhir, serta menelaah interaksi antara aktor formal dan informal di tingkat desa. Pendekatan ekonomi sirkular digunakan untuk menggali potensi daur ulang dan pemanfaatan sampah menjadi sumber daya bernilai.

Muhammad Thoriq Nailul Author menjelaskan, setiap desa memiliki keunikan dalam mengelola sampah. Panggungharjo menonjol dengan partisipasi sosial dan gotong royong warganya, sementara Sinduadi kuat dalam membangun kemitraan dengan pihak swasta. “Dua model ini sama-sama menarik, dan kami ingin melihat kemungkinan menggabungkannya,” ujarnya, Jumat (3/10/2025), di Kampus UGM.

Hasil sementara riset menunjukkan, Panggungharjo unggul dalam partisipasi sosial, tetapi menghadapi kendala keberlanjutan ketika iuran masyarakat menurun. Sementara itu, Sinduadi berhasil menjalin kerja sama dengan perusahaan swasta seperti PT Hayuning Bhumi Makmur dan PT DUI dalam pengolahan sampah organik. Namun, desa ini masih menghadapi tantangan pada aspek regulasi dan penerimaan masyarakat.

Anggota tim lainnya, Peter Gabriel Taiyoo Karnodipuro, menyebut penelitian ini diarahkan untuk membangun model hibrida yang lebih adaptif. “Kami ingin menggabungkan kekuatan partisipasi komunitas dengan inovasi bisnis agar pengelolaan sampah tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga memberi manfaat ekonomi bagi warga,” katanya.

Selain aspek teknis, penelitian ini juga menyoroti dimensi sosial dan politik dalam tata kelola sampah. “Sampah bukan hanya persoalan teknis, tapi juga sosial dan politik. Melalui riset ini, kami ingin menunjukkan bahwa desa bisa menjadi aktor penting dalam membangun sistem pengelolaan sampah yang inklusif dan berkeadilan,” ujar Pradipta Arya Arsensa.

Riset ini dilakukan dengan metode kualitatif, melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam di dua desa. Analisisnya menggunakan kerangka PESTLE (Political, Economic, Social, Technological, Legal, Environmental) untuk melihat faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan sampah.

Fata Rozin Jahfal menambahkan, hasil penelitian akan diwujudkan dalam bentuk policy brief, artikel ilmiah, laporan riset, dan publikasi digital. “Kami berharap riset ini bisa menjadi kontribusi nyata mahasiswa untuk solusi lingkungan yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.

(riki/sukadaana)

Baca juga :
  • Mahasiswa UGM Ciptakan Detektor Portabel Kanker Mulut Berbasis AI
  • 14 Dosen UGM Masuk Daftar Ilmuwan Top Dunia 2025
  • PPKMB Unud, Wamen Dikti Tekankan Hindari Bullying, Judol dan Narkoba