Podiumnews.com / Aktual / Politik

Wayan Suyasa: Pindah Partai Tidak Semua “Kutu Loncat”

Oleh Podiumnews • 29 Agustus 2021 • 18:15:39 WITA

Wayan Suyasa: Pindah Partai Tidak Semua “Kutu Loncat”
Ketua DPD Golkar Badung, Wayan Suyasa. (Foto: Istimewa)

BADUNG, PODIUMNEWS.com – Fenomena politisi pindah-pindah partai politik, sering  memunculkan pertanyaan. Masyarakat sering menilai miring  politisi  yang suka pindah partai, bahkan dikatagorikan sebagai politisi “kutu loncat”

Namun penilaian semacam ini, tidaklah sepenuhnya benar. Karena berpindahnya politisi dari satu parpol ke parpol lain, didasari berbagai pertimbangan.

“Tergantung motivasi dan pertimbangan  masing-masing politisi, kenapa dia harus pindah partai. Dari sana masyarakat bisa menilai,” kata Ketua DPD Golkar Badung, Wayan Suyasa.

Ketika diminta pendapatnya soal fenomena politisi pindah prtai ini, Suyasa menyatakan setidaknya ada beberapa  alasan politisi pindah partai.

Selain ada konflik di internal parpol, bisa juga perasaan tidak nyaman dengan perilaku orang-orang di parpol tersebut terhadapnya.

Selain itu, ada angapan bahwa parpol lain lebih memungkinkannya menjadi calon anggota legislatif (caleg) nomor urut kecil atau sebagai kendaraan menjadi kepala daerah.

Padahal, kata Wakil Ketua I DPRD Badung ini, dalam sistem pemilu proporsional terbuka seperti sekarang, sebenarnya nomor urut sudah tidak penting lagi.

Terakhir, politisi yang pindah parpol karena memperkirakan parpolnya sulit untuk lolos ambang batas parlemen (tidak lolos electoral threshold)

Parpol yang sedang buruk citranya cenderung ditinggalkan rakyat. Percuma saja seorang politisi meraih suara banyak jika parpolnya gagal melampaui ambang batas.

Bagi politisi yang mempunyai integritas tinggi memperjuangkan kepentingan rakyat, sementara partainya tidak lolos electoral threshold (ET)maka politisi  itu lebih memilih parpol lain yang lebih memungkinkan untuk melanjutkan perjuangannya secara politik.

Suyasa mencontohkan, ketika dirinya keluar dari PNBK ke Golkar. Saat itu partainya tidak lolos ET, maka untuk bisa melanjutkan perjuangannya secara politik harus mencari parpol lain yang bisa sebagai sarana untuk perjuangannya. Pilihannya saat itu jatuh ke Golkar, karena selain visinya yang sama dengan pemikirannya juga ada kemistri dengan Partai Golkar terutama tokoh-tokohnya.

Dari alasan kenapa politisi pindah partai, kata Suyasa, masyarakat bisa menilai karkater dan modus seorang politisi. Jadi tidak semua politisi yang pindah partai masuk katagori “kutu loncat”. (EDY/RIS/PDN)