Search

Home / Aktual / Politik

Soroti Polemik Stok Beras Nasional

   |    20 November 2022    |   19:57:00 WITA

Soroti Polemik Stok Beras Nasional
Stok beras di salah satu gudang Bulog (foto/sindonews)

PARTAI Keadilan Sejahtera (PKS) menyoroti polemik soal stok beras nasional yang disebabkan adanya perbedaan data antara kementerian pertanian (Kementan) dengan Badan Urusan Logistik (Bulog).

Hal ini menyusul keinginan Bulog untuk mengimpor beras dengan alasan stok cadangan beras di Bulog yang tinggal 651 ribu ton. Stok terendah selama ini biasanya 1,2 juta ton cadangan beras.  

"Laporan penyerapan oleh Bulog dari rencana 948 ribu ton hanya terealisir 90 ribu ton. Kenapa serapan rendah? Jangan-jangan Bulog enggak punya uang? Atau memang di tingkat petani beras enggak ada?" tanya Ketua DPP PKS Bidang Tani Nelayan Riyono dalam keterangannya, Sabtu (19/11) di Jakarta.

Ia menilai kondisi ini mengherankan bagi Kementan. Karena, lanjut dia, menurut data BPS, hingga Desember 2022, produksi beras sekitar 32 juta ton, dan diperkirakan masih surplus 1,88 juta ton beras. Sementara konsumsinya 30,2 juta ton.

Selain itu, tambah dia, sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan  sempat menyampaikan, tugas yang diberikan kepada Bulog sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mengingat per 19 Oktober 2022, stok cadangan beras pemerintah (CBP) hanya mencapai 697.944 ton, jauh dari total stok aman pemerintah untuk akhir 2022 di angka 1,2 juta ton.

"Antara Kementan, Bulog, Kemendag saja datanya sudah gak sinkron, mana yang bisa dipercaya?" tanya Riyono

Jadi, menurut dia, janji kementerian perdagangan (Kemendag) bahwa Bulog diminta menyerap gabah dan beras petani dengan harga berapapun ternyata gagal dilakukan.

“Petani kembali yang menjadi korban, konsumen rakyat kecil yang terkena imbas kenaikan harga beras di lapangan karena berita cadangan beras yang menipis. Cadangan beras yang menipis dan serapan yang lambat membuat Buwas (Budi Waseso), Direktur Bulog menyarankan pemerintah untuk Impor beras,” jelasnya.

"Kenapa impor jadi andalan?  terus janji serap gabah petani itu bagaimana? Perlu revolusi kinerja untuk Bulog. Lebur saja Bulog dan Badan Pangan Nasional jadi satu lembaga agar mudah dalam urusan pangan," imbuhnya.

Jamin stok beras aman

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) menjamin pasokan beras nasional yang dikuasai pemerintah berada dalam jumlah yang aman untuk enam bulan kedepan dan segera digelontorkan kapan saja melalui operasi pasar setiap hari, sekaligus sebagai upaya mempertahankan stabilitas harga pangan.

“Masyarakat jangan khawatir, Bulog menjamin kebutuhan beras tersedia di masyarakat dengan harga terjangkau walau di pasaran ada sedikit kenaikan harga. Kami melakukan pemantauan secara terus menerus di tengah situasi saat ini agar tetap terkendali,” kata Buwas, Jumat (18/11) di Jakarta.

Buwas mengemukakan hal itu berkaitan dengan munculnya isu mengenai ancaman kelangkaan pangan yang tidak berdasar. Pihaknya juga melakukan pemantauan intensif terkait harga beras. Terjadinya kenaikan harga beras dikarenakan beberapa faktor baik eksternal maupun internal dalam negeri, seperti anomali cuaca, kenaikan harga BBM dan juga situasi dalam negeri yang memasuki musim tanam.

Kegiatan Operasi Pasar atau Program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) dilakukan sepanjang tahun oleh Bulog. Instrumen tersebut terbukti efektif menjaga stabilitas harga beras di tingkat konsumen.

“Sampai dengan pagi ini kami sudah menggelontorkan beras operasi pasar di seluruh Indonesia dengan jumlah total sebanyak hampir satu juta ton dan selanjutnya setiap hari kami akan gelontorkan terus sampai dengan panen raya berikutnya,” tegas Buwas.

Buwas menyebutkan jumlah stok yang dikuasai Bulug saat ini sebanyak 625 ribu ton beras di dalam negeri. Bulog juga sudah melakukan kerjasama dengan mancanegara dengan menyimpan stok sebanyak 500 ribu ton beras komersil yang berada di luar negeri.

“Total stok yang kami punya sekarang sudah hampir 1,2 juta ton yang tersimpan di gudang-gudang Bulog di seluruh Indonesia ditambah stok beras komersil hasil kerjasama di luar negeri. Stok beras di luar negeri ini bisa kapan saja kami tarik jika memang stok dalam negeri sudah habis. Intinya untuk stok beras tidak ada masalah,” kata Buwas. (ris/sut)

 


Baca juga: Pemerintah Diminta Definisikan Ulang Kata ‘Tingkat Kemiskinan’