Pakar Ingatkan Ancaman Digital Bagi Anak-anak
PODIUMNEWS.com - Dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (Unair) Dr Maryamah mengingatkan tentang besarnya ancaman digital yang dihadapi anak-anak saat ini.
Ia menyebut, meskipun internet memiliki manfaat edukatif, anak-anak yang belum matang secara emosional sangat rentan meniru perilaku negatif yang mereka temui secara daring.
"Penggunaan internet yang luas memang memiliki manfaat edukatif, tetapi bagi anak-anak yang belum matang secara emosional, dapat dengan mudah meniru perilaku negatif yang mereka temui secara online," kata Maryamah dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/2/2025).
Menurutnya, keprihatinan ini muncul setelah Indonesia terdata di National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC) sebagai negara keempat di dunia dan kedua di ASEAN dengan penyebaran konten pornografi anak terbanyak.
Maka berangkat dari kekhawatiran itu, lanjut Maryamah, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) membentuk Tim Penguatan Regulasi Perlindungan Anak di Ranah Digital yang secara resmi beroperasi pada Senin (3/2/2025) lalu.
Lebih lanjut, Maryamah menilai pembentukan tim perlindungan ini adalah langkah yang tepat karena anak-anak sebagai generasi penerus bangsa harus dilindungi dari konten berbahaya.
"Teknologi kecerdasan buatan (AI) dan big data saat ini memainkan peran penting dalam mengidentifikasi serta memblokir ancaman digital bagi anak," terangnya.
Ia menyebut, AI digunakan untuk mendeteksi dan menyaring konten berbahaya secara otomatis, termasuk mengenali konten eksplisit di media sosial dan tren ‘Elsagate’ di YouTube yang semakin marak.
"Mahasiswa Unair di bidang Data Science telah mengembangkan sistem pendeteksi konten berbahaya berbasis AI," ungkapnya.
Meski aplikasi seperti Google Safe Search, YouTube Kids, dan Apple Parental Control telah memberikan opsi penyaringan konten, efektivitasnya masih terbatas tanpa edukasi yang memadai bagi orang tua.
"Beberapa mahasiswa Unair telah mengembangkan teknologi pendeteksi konten berbahaya, tetapi riset ini belum banyak dipublikasikan. Peran pemerintah dalam mendukung riset keamanan digital sangat dibutuhkan," kata Maryamah.
Regulasi ketat pun tidak akan cukup tanpa adanya edukasi yang mendalam kepada orang tua tentang pentingnya pengawasan digital.
"Banyak anak terekspos ke konten tidak pantas karena kurangnya pengawasan dari keluarga," sebutnya.
Harapannya, pembentukan tim ini menjadi langkah awal menciptakan ruang digital yang aman bagi anak-anak. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada implementasi regulasi yang efektif, serta keterlibatan aktif orang tua, institusi pendidikan, dan lembaga swadaya masyarakat anak.
“Semoga tim ini tidak hanya terbentuk sebagai simbol perlindungan, tetapi benar-benar dapat bekerja secara nyata untuk menciptakan ekosistem digital yang aman dan kondusif bagi anak-anak Indonesia,” tutup Maryamah. (fathur)