Search

Home / Aktual / Ragam

AI Tiru Gaya Ghibli: Etika dan Batas Kreasi?

Editor   |    22 April 2025    |   19:28:00 WITA

AI Tiru Gaya Ghibli: Etika dan Batas Kreasi?
Ilustrasi: Artificial intelligence. (podiumnews)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Seiring pesatnya kemajuan kecerdasan buatan (AI), persinggungan dunia seni dengan teknologi ini memunculkan berbagai diskusi menarik. Salah satu fenomena yang menjadi sorotan adalah kemampuan AI dalam menghasilkan karya visual yang meniru gaya khas studio animasi legendaris, Studio Ghibli.

Yutika Amelia Effendi, dosen bidang robotika dan AI dari Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR), menjelaskan bahwa AI generatif bekerja dengan mempelajari pola dan struktur dari himpunan data yang ada, termasuk karya seni. Setelah melalui proses pelatihan, AI mampu menciptakan karya yang memiliki kemiripan dengan data yang dipelajarinya.

"AI tidak benar-benar berkreasi layaknya manusia atau ilustrator. Melainkan, AI mereplikasi karya yang sudah ada dengan cara yang kreatif, namun esensinya tidak orisinal," tegas Yutika melalui keterangan tertulis, Selasa (22/4/2025).

Fenomena AI yang mampu meniru gaya visual studio sekelas Ghibli juga menjadi perdebatan hangat. Yutika mengungkapkan bahwa AI, dengan memanfaatkan metode seperti generative adversarial networks (GAN) dan diffusion models, dapat dengan relatif mudah mereplikasi gaya visual tertentu, termasuk ciri khas Studio Ghibli, dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi.

"Meskipun AI mampu mereplikasi gaya desain Ghibli dengan presisi, penting untuk diingat bahwa AI tidak memiliki pemahaman mendalam mengenai makna filosofis atau emosional yang terkandung dalam karya tersebut. AI semata-mata mengolah pola dan struktur dari data yang diberikan," imbuhnya.

Lebih lanjut, Yutika menyoroti tantangan utama dalam pemanfaatan AI generatif, terutama dari sudut pandang etika. Aspek kepemilikan intelektual dan transparansi dalam penggunaan data menjadi perhatian krusial.

Ia menekankan adanya sejumlah prinsip etika yang harus dipegang teguh ketika melibatkan AI dalam proses kreatif, terutama ketika AI dilatih menggunakan data yang dilindungi hak cipta.

"Etika dalam konteks AI tidak hanya berkutat pada bagaimana teknologi itu bekerja, tetapi juga bagaimana manusia menggunakannya. Apakah ada izin dari pencipta asli, apakah orisinalitas dihargai, dan apakah hasil akhirnya berpotensi menyesatkan publik," paparnya.

Yutika menegaskan bahwa melatih AI menggunakan karya visual Studio Ghibli tanpa adanya izin dari pihak studio berpotensi melanggar etika profesional dan ketentuan hukum terkait hak cipta.

Terlebih lagi, jika karya yang dihasilkan tersebut dipublikasikan tanpa atribusi yang jelas atau bahkan dimanfaatkan untuk tujuan komersial, tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai eksploitasi intelektual. (riki/suteja)


Baca juga: 172 STB Dibagikan untuk Warga Miskin Esktrem di Panji