MALAM ITU, embun Jimbaran masih menyelimuti jalanan sepi. GP (19), seorang mahasiswi asal Surabaya, berdiri di pinggir jalan, menanti bus yang akan membawanya ke Serangan. Di keheningan dini hari, sebuah motor Scoopy merah tiba-tiba mendekat. Seorang pria berhelm hijau, layaknya pengemudi ojek daring, menawarkan tumpangan. Sebuah tawaran yang awalnya tampak biasa, namun menyimpan kengerian yang tak terbayangkan.
Viktorius Ariano Pukul (25), pria asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, ternyata memiliki modus operandi yang licik dan brutal. Tawaran ojek hanyalah kedok untuk melancarkan aksi perampasan dengan kekerasan. Di balik wajahnya yang kini tertunduk lesu di kursi roda Mapolresta Denpasar, tersembunyi catatan kelam yang membuat bulu kuduk berdiri. Empat perempuan, termasuk seorang warga negara Rusia, telah menjadi korban keganasannya.
Malam nahas bagi GP terjadi pada Selasa dini hari, 13 Mei 2025. Penolakan terhadap tawaran ojek Viktorius ternyata memicu amarah pelaku. Tak disangka, pria itu memarkirkan motornya, kembali menghampiri GP, dan tanpa basa-basi menodongkan sebilah pisau ke lehernya. Ancaman benda tajam itu membungkam perlawanan korban.
Kengerian tak berhenti di sana. Viktorius menyeret GP ke semak-semak gelap di pinggir jalan. Dengan brutal, ia merobek baju korban menggunakan pisaunya. Kain robekan itu kemudian digunakan untuk membekap mulut GP, mencegahnya berteriak meminta pertolongan. Tak cukup sampai di situ, kaki dan tangan mahasiswi malang itu diikat. Pukulan bertubi-tubi menghantam bibir dan wajahnya, meninggalkan rasa sakit fisik dan trauma mendalam.
Setelah melampiaskan aksi sadisnya, Viktorius merampas dompet, kartu ATM, dan telepon genggam Samsung A52 milik GP. Meninggalkan korban yang terikat dan ketakutan di kegelapan, ia melarikan diri dengan motor Scoopy merahnya.
Laporan GP ke polisi menjadi titik terang bagi serangkaian kasus serupa yang terjadi di wilayah Kuta Selatan belakangan ini. Kasatreskrim Polresta Denpasar Kompol Laorens Rajamangapul Heselo mengungkapkan, ciri-ciri pelaku yang diutarakan para korban memiliki kesamaan yang mencolok. "Berdasarkan penuturan para korban, pelakunya menggunakan helm warna hijau seperti Gojek, memakai penutup wajah dengan logat bahasa dari Timur, semua sama persis ciri-ciri pelaku," jelas Kompol Laorens.
Penyelidikan intensif tim gabungan Jatanras Polresta Denpasar dan Polsek Kuta Selatan akhirnya membuahkan hasil. Pada Sabtu malam, 17 Mei 2025, jejak Viktorius terendus di sebuah rumah di Jalan Babakan Sari Gang Juwet Sari, Taman Pancing, Pemogan, Denpasar Selatan. Penyergapan dilakukan dengan sigap. Namun, pelaku tak menyerah begitu saja. Ia berusaha melawan dan melarikan diri, memaksa polisi mengambil tindakan tegas. Dua kali timah panas bersarang di kakinya, mengakhiri pelariannya.
Senin sore, 19 Mei 2025, Viktorius digiring ke Mapolresta Denpasar dengan pengawalan ketat. Pria bertampang brewokan itu duduk di kursi roda, wajahnya tertunduk menghindari sorotan kamera wartawan. Di hadapan awak media, Kompol Laorens membeberkan catatan kejahatan Viktorius yang ternyata lebih luas dari yang diperkirakan.
"Tersangka Viktorius mengaku sudah melakukan aksi tersebut di 3 TKP lainnya, dengan salah seorang korban warga negara Rusia," ungkap Kompol Laorens. Aksi pertama terjadi di kawasan elit Swiss Bell Resor Pecatu pada Februari lalu. Korban, Fatimah Faroi`id, tak hanya kehilangan telepon genggamnya, namun juga mengalami luka tusuk di paha akibat perlawanan yang dilakukannya.
Aksi kedua terjadi di kawasan perumahan Puri Gading pada April 2025. Kali ini, sasarannya adalah seorang warga negara Rusia bernama Victoria Beatrice Angelica. Beruntung, upaya perampasan telepon genggam gagal, meski korban sempat mengalami penganiayaan.
Catatan kriminal Viktorius bahkan merentang hingga awal tahun 2024. Di kawasan Pantai Balangan, seorang perempuan bernama Valeria Maksimova menjadi korban perampasan telepon genggam dan penganiayaan.
"Jadi, dalam kasus ini ada 4 korban yang semuanya perempuan dan sudah melaporkan kejadian tindak pencurian disertai kekerasan dan penganiayaan ini. Kami masih mendalami apakah ada korban lainnya," pungkas Kompol Laorens.
Kini, Viktorius harus mempertanggungjawabkan perbuatan sadisnya di balik dinginnya sel tahanan. Aksi teror yang dilakukannya di malam-malam sepi Bali telah berakhir. Namun, trauma mendalam yang dialami para korban akan menjadi luka yang sulit terhapus. Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan dan bahaya yang bisa mengintai di balik keramahan tawaran sesaat. (hes/fathur)
Baca juga :
• Horor Vila: Bule Australia Ditembak
• Berseragam Ojek, Penembak Dua Turis Australia Kabur Naik Motor Matic
• Turis Australia Tewas Ditembak di Vila Badung, Pelaku Masih Misterius