Search

Home / Aktual / Kesehatan

Lonjakan Sifilis Dipicu Minimnya Edukasi Reproduksi Remaja

Editor   |    24 Juni 2025    |   16:00:00 WITA

Lonjakan Sifilis Dipicu Minimnya Edukasi Reproduksi Remaja
Remaja rentan tertular IMS dan HIV karena kurang edukasi kesehatan seksual dan reproduksi yang tepat. (podiumnews)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI mencatat lebih dari 23 ribu kasus sifilis sepanjang tahun 2024, dengan lonjakan signifikan terjadi di kelompok usia 15–19 tahun. Kondisi ini memicu keprihatinan anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher, yang menyebut minimnya edukasi kesehatan reproduksi sebagai akar masalah yang perlu segera dibenahi.

“Lonjakan sifilis bukan sekadar persoalan medis, tapi sinyal lemahnya perlindungan negara terhadap generasi muda,” ujar Netty dalam rilis resmi, Senin (23/6/2025).

Menurutnya, edukasi yang dangkal, terbatasnya layanan kesehatan, serta lemahnya ketahanan keluarga menjadi penyebab utama. Ia mendesak pemerintah untuk menyusun pendekatan sistematis yang ramah nilai budaya, terutama di sekolah dan lingkungan masyarakat.

Data Kemenkes menunjukkan bahwa sifilis kini bukan hanya menyerang kelompok berisiko tinggi, melainkan telah menyebar ke populasi umum, termasuk remaja yang belum memahami risiko hubungan seksual tidak aman.

Direktur Penyakit Menular Kemenkes, dr Ina Agustina, menyebut bahwa mayoritas kasus yang tercatat merupakan sifilis dini, dan tren ini meningkat dalam tiga tahun terakhir. Ia memperingatkan bahwa sifilis dapat memperbesar risiko penularan HIV, terutama jika tidak terdeteksi sejak awal.

“Remaja sekarang banyak yang terpapar informasi keliru, dan tidak paham bahwa sifilis bisa menular lewat kontak seksual tanpa perlindungan,” ujarnya dalam temu media daring, Selasa (18/6).

Selain itu, Kemenkes juga mencatat 77 kasus sifilis kongenital, yaitu penularan dari ibu ke bayi, yang menandakan lemahnya deteksi dini pada ibu hamil. Hal ini menambah beban kesehatan masyarakat dan memperkuat urgensi intervensi dari hulu.

Untuk menekan penyebaran sifilis, Kemenkes menggalakkan kampanye nasional ABCDE: Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual), Be faithful (setia pada pasangan), Condom (menggunakan kondom), Drugs (hindari narkoba), dan Education (pendidikan seksual).

Pelayanan tes IMS dan HIV kini tersedia di lebih dari 500 kabupaten/kota, namun pemerintah mengakui masih banyak masyarakat enggan memeriksakan diri karena takut atau malu.

“Negara harus hadir bukan hanya saat wabah muncul, tapi sejak awal, saat anak-anak kita butuh panduan hidup sehat dan bermartabat,” tegas Netty.

(riki/suteja)

Baca juga :
  • RSUD Buleleng Buka Layanan Jiwa, Kurangi Rujukan ke RSJ Bangli
  • IMS Merebak di Kalangan Remaja Picu Risiko HIV
  • Dapur Gizi di Jembrana Siap Layani 3.500 Siswa