Search

Home / Kolom / Editorial

Menelisik Bali Lewat Sorot

Editor   |    26 Juni 2025    |   18:40:00 WITA

Menelisik Bali Lewat Sorot
Editorial Khusus. (Podiumnews)

RUBRIK Sorot di PodiumNews bukan sekadar kumpulan artikel panjang. Ia adalah ruang bagi kami untuk berhenti sejenak, menengok lebih dalam, dan mengurai isu-isu yang sering luput di tengah derasnya arus berita cepat.

Sepanjang tahun 2025, kami mencoba menata Sorot sebagai ruang tematik yang bernas. Bukan investigatif, bukan pula provokatif. Ia hadir sebagai tawaran perspektif, sebagai upaya memperkaya cara kita memandang Bali tanpa tergesa tanpa prasangka.

Awal tahun kami mulai dengan menyoroti ketimpangan pembangunan antara Bali Selatan dan Bali Utara. Sebuah kenyataan yang kerap terasa biasa padahal menyimpan ketidakadilan. Sorot ini mengajak pembaca merenungi gemerlap pariwisata yang terkonsentrasi di selatan sementara Bali Utara terus tertinggal dalam pembangunan. Kami percaya bahwa pariwisata berkelanjutan bukan hanya soal jumlah wisatawan tapi juga soal pemerataan manfaat bagi seluruh wilayah.

Dari isu ruang kami bergeser ke persoalan sampah. Masalah ini bukan hanya soal teknis pengelolaan tapi soal paradigma dan kesadaran. Ketika tumpukan sampah membayangi pantai pantai yang dipromosikan sebagai surga kami merasa perlu membuka percakapan yang lebih jujur tentang apa yang sedang terjadi. Sorot tentang sampah ini tidak menyalahkan tapi mengajak melihat ulang bagaimana seharusnya kita memperlakukan Bali bukan hanya sebagai destinasi tapi sebagai rumah bersama.

Bulan April kami isi dengan semangat penghormatan. Dalam momen Hari Kartini kami mengangkat sosok I Gusti Ayu Rapeg tokoh perempuan asal Bali yang jejaknya nyaris tenggelam dalam catatan sejarah. Bagi kami mengenang beliau bukan sekadar nostalgia melainkan bentuk penghargaan atas perjuangan perempuan Bali dalam memperjuangkan kesetaraan di masa yang tidak mudah. Lewat ulasan ini kami berharap publik mengenal lebih luas bahwa semangat emansipasi juga tumbuh kuat dari tanah Bali.

Pada bulan Juni bertepatan dengan Bulan Bung Karno kami memilih menulis Bung Karno bukan dari podium politiknya tapi dari akar budayanya. Kami mengulas sisi personal beliau sebagai anak dari ibu Bali seorang perempuan yang turut menanamkan nilai nilai kebangsaan sejak dini. Tulisan ini bukan untuk mengkultuskan melainkan untuk memahami lebih dalam bagaimana warisan lokal bisa membentuk karakter pemimpin bangsa.

Bulan Juli kami isi dengan ulasan khusus menjelang Hari Bhayangkara. Kali ini kami mencoba menelusuri jejak kepolisian di Bali dari masa kolonial hingga hari ini. Sorot ini hadir bukan untuk menilai melainkan untuk mencatat. Bahwa di balik setiap era ada dinamika dan perubahan yang layak disimak. Bahwa keamanan bukan hanya urusan aparat tapi juga bagian dari wajah kehidupan sosial kita.

Rubrik Sorot tidak hadir setiap pekan. Ia hanya hadir ketika kami merasa ada hal yang patut dilihat lebih dekat. Karena kami percaya media tidak harus selalu cepat tapi selalu punya alasan kuat untuk menyampaikan.

Kami sadar masih jauh dari sempurna. Tapi lewat Sorot kami terus belajar. Belajar menyapa bukan menggurui. Belajar memotret bukan menghakimi. Belajar menjadi media yang cukup jernih untuk dipercaya.

Terima kasih telah menyimak.
Terima kasih telah memberi tempat bagi Sorot hadir. (*)

 

Baca juga :
  • Hak Gizi, Bukan Kompromi
  • Jambret Ancam Pariwisata Bali
  • Bali, Ruang Pulang bagi Jiwa