Search

Home / Kolom / Editorial

Hak Gizi, Bukan Kompromi

Editor   |    26 Juni 2025    |   16:38:00 WITA

Hak Gizi, Bukan Kompromi
Editorial. (Podiumnews)

GELOMBANG kekhawatiran mengemuka di tengah masyarakat menyusul beredarnya unggahan tentang penggantian menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) dengan snack kemasan. Meski sepintas tampak sepele, langkah ini menyentuh wilayah yang sangat fundamental: hak anak atas gizi yang layak.

Program MBG bukan sekadar kegiatan berbagi makanan. Ia adalah intervensi negara untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Karena itu, pendekatan yang digunakan harus tepat secara ilmu, bukan semata praktis atau ekonomis. Menggantikan menu makanan bergizi dengan snack bukan solusi. Itu kompromi yang keliru.

Secara prinsip, snack kemasan tidak dirancang untuk menggantikan makanan utama. Ia hanya selingan, bukan sumber gizi utama. Dengan kadar kalori dan nutrisi yang sangat terbatas, apalagi bila tinggi gula dan garam, snack hanya memberikan efek kenyang singkat tanpa nilai gizi memadai. Dalam jangka pendek, ini bisa menurunkan energi dan konsentrasi anak. Dalam jangka panjang, risikonya lebih besar: gizi kurang, anemia, bahkan peningkatan penyakit tidak menular seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi.

Jika dibiarkan, ini bukan hanya mengancam kesehatan perorangan, melainkan juga masa depan kolektif bangsa. Hak atas gizi layak adalah bagian dari hak hidup yang dijamin konstitusi. Negara wajib hadir secara utuh dan konsisten untuk memenuhinya.

Perlu segera dilakukan evaluasi menyeluruh. Pemerintah harus menyusun standar gizi nasional yang menjadi acuan semua intervensi, mendorong pemanfaatan pangan lokal bernutrisi, serta memastikan keterlibatan ahli gizi dalam setiap tahap kebijakan, mulai dari perencanaan hingga pengawasan.

Pembangunan sumber daya manusia unggul dimulai dari asupan dasar yang bergizi. Dalam hal ini, tidak boleh ada ruang kompromi. Memberikan makanan bergizi bukan kemurahan hati negara, itu kewajiban konstitusional. Dan melindungi hak anak atas gizi yang layak adalah investasi paling rasional untuk masa depan bangsa. (*)

Baca juga :
  • Menelisik Bali Lewat Sorot
  • Jambret Ancam Pariwisata Bali
  • Bali, Ruang Pulang bagi Jiwa