Search

Home / Muda / Kata Mereka

Media Sosial Jadi Mesin Mobilisasi Aksi Gen Z

Nyoman Sukadana   |    13 September 2025    |   17:59:00 WITA

Media Sosial Jadi Mesin Mobilisasi Aksi Gen Z
Ilustrasi: Aksi damai direkam melalui ponsel; poster polos, kerumunan muda, dan arus digital memperluas jangkauan aspirasi ke publik secara luas. (podiumnews)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Aksi demonstrasi generasi muda, khususnya Gen Z, belakangan mencuri perhatian publik. Cara penyampaian aspirasi yang kreatif melalui poster satir, meme jenaka, hingga video singkat di media sosial dinilai menjadi strategi baru dalam menyuarakan keresahan dan memperluas jangkauan isu ke publik.

Dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga (UNAIR), Dr Drs Aribowo MS, menegaskan keterlibatan generasi muda dalam gerakan sosial bukanlah hal baru. Menurutnya, posisi sosial anak muda yang masih dalam tahap pencarian jati diri membuat mereka peka terhadap ketidakadilan dan kerap berada di barisan terdepan. “Aksi demonstrasi itu memang sebagian besar pesertanya generasi muda. Sejak zaman Hindia Belanda, yang melawan pemerintah ya generasi muda,” ujarnya melalui siaran pers, Sabtu (13/9/2025).

Aribowo menjelaskan, kreativitas seni telah lama melekat dalam gerakan sosial di Indonesia. Ia menyinggung tradisi happening art yang berkembang sejak 1950-an dan pengaruh gagasan posmodernisme pada era 1980–1990-an yang ikut mewarnai gerakan mahasiswa menjelang reformasi 1998. Bentuk ekspresinya beragam, mulai dari seni rupa, teater jalanan, hingga karya sastra yang menyoroti realitas sosial.

Pada konteks hari ini, media sosial memegang peran sentral sebagai ruang artikulasi politik bagi generasi muda. Konten visual yang ringkas dan mudah dibagikan membuat isu sosial dan politik dapat dikemas lebih sederhana sehingga mudah dipahami masyarakat awam. “Media sosial jadi instrumen penting untuk membicarakan keresahan, ketimpangan, dan ketidakadilan. Di situ pula perlawanan terhadap pejabat, pemerintah, hingga negara dirumuskan,” kata Aribowo.

Ia menambahkan, kemasan kreatif tidak mengurangi keseriusan aksi. Berbeda dari masa lalu, format demonstrasi kini lebih beragam dan terorganisir. Selain turun ke jalan, peserta muda menyiapkan siaran pers, membangun jejaring komunikasi, serta mengawal advokasi hukum untuk memastikan tuntutan tersalurkan melalui kanal yang tepat.

Aribowo menekankan, kreativitas dan peran media sosial tidak akan berkembang menjadi gerakan massal tanpa problem nyata yang dirasakan masyarakat. Lahirnya aksi selalu terkait kondisi sosial yang dihadapi. Menurutnya, deprivasi, ketidakadilan, dan kesenjangan yang tampak di tengah masyarakat merupakan pemicu utama lahirnya perlawanan. “Gerakan sosial itu tidak pernah tumbuh dalam ruang kosong. Basis sosial dan ideologi sangat penting agar sebuah gerakan bisa terkomunikasikan dan berkembang,” pungkasnya.

(riki/sukadana)

Baca juga :
  • Wawali Denpasar: Generasi Muda Jadi Agen Perubahan Sampah
  • Prof Gede Wahyu: Diplomat Masih Ujung Tombak Negara
  • Ujian Bukan Perang, Mahasiswa Bukan Mesin