DENPASAR, PODIUMNEWS.com – Banjir besar yang melanda Bali pada Selasa (9/9/2025) malam menelan korban jiwa dan menguak persoalan serius soal sampah. Data sementara mencatat 17 orang meninggal dunia, lima masih hilang, dan ratusan warga harus mengungsi. Selain itu, 1.835 sekolah terdampak, dengan 60 di antaranya mengalami rusak berat. Curah hujan ekstrem tercatat mencapai 245,75 milimeter hanya dalam satu hari. Namun evaluasi menunjukkan, dampak banjir diperparah oleh tumpukan sampah yang menutup aliran sungai. Debit air yang besar tidak tertampung, merendam permukiman padat penduduk dan memicu kerusakan sosial-ekologis. Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan bencana ini harus menjadi peringatan keras. “Persoalan sampah harus ditangani di sumbernya. Tidak boleh lagi hanya dipindahkan, karena sudah memperparah bencana dengan korban jiwa,” ujarnya di Denpasar, Minggu (14/9/2025). Ia menambahkan, sampah bukan lagi sekadar isu kebersihan, melainkan ancaman nyata bagi keselamatan manusia dan daya dukung lingkungan. Pemerintah menyiapkan perubahan kebijakan: penguatan pengelolaan berbasis masyarakat, pembangunan fasilitas pengolahan modern di tingkat kabupaten/kota, integrasi penegakan hukum terhadap pembuangan sampah ilegal, serta dorongan ekonomi sirkular untuk mengurangi timbulan sampah dari hulu. “Momentum ini harus jadi pengingat bersama. Bila tidak ditangani serius, sampah akan terus menjadi bom waktu yang memperparah bencana di Bali,” tegas Hanif. Dengan paradigma “menyelesaikan di sumber”, pemerintah berharap Bali tidak hanya pulih dari bencana, tetapi juga membangun sistem lingkungan yang lebih tangguh, sehingga risiko serupa dapat ditekan di masa depan. (sukadana)
Baca juga :
• Suami Habisi Nyawa Istri Lalu Berusaha Bunuh Diri di Denpasar
• BMKG Prediksi Hujan Lebih Awal, Pakar Ingatkan Mitigasi
• Tinjau Lokasi Banjir, Walikota Denpasar Fokus Cari Korban dan Pemulihan Lingkungan