Podiumnews.com / Aktual / News

30 Ribu Gempa Terjadi Setahun, BMKG Minta Siaga

Oleh Nyoman Sukadana • 18 November 2025 • 18:21:00 WITA

30 Ribu Gempa Terjadi Setahun, BMKG Minta Siaga
Indonesia berada di atas cincin api, dikelilingi patahan aktif, menuntut kesiapsiagaan bencana permanen. (podiumnews)

JAKARTA, PODIUMNEWS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa Indonesia harus membangun budaya kesiapsiagaan bencana sebagai bagian dari kehidupan sehari hari. Hal ini menyusul fakta bahwa Indonesia mengalami rata rata 30 ribu gempa bumi setiap tahun dan berada di atas 295 sesar aktif, sehingga risiko bencana tidak dapat dianggap sebagai ancaman sesaat.

Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menjelaskan, Indonesia secara geologis berada pada posisi rawan karena terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dunia, yaitu Indo Australia, Eurasia, Pasifik, dan Filipina. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya 13 segmen subduksi dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu kawasan seismik paling aktif di dunia.

“Catatan 30 ribu gempa setahun bukan hanya angka, tetapi peringatan bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi harus menjadi garda terdepan. Kesiapsiagaan bukan hanya kebijakan, tetapi budaya hidup,” tegasnya dalam peringatan 10 Tahun Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) di Auditorium Kantor Pusat BMKG, Jakarta, Selasa (18/11/2025).

Menurutnya, keselamatan tidak cukup hanya mengandalkan sistem peringatan dini, tetapi harus dibangun lewat kesadaran kolektif, pelatihan, dan literasi masyarakat dalam menghadapi potensi bencana. “Keselamatan dapat dipersiapkan, ketangguhan dapat ditumbuhkan, dan setiap manusia adalah penjaga bagi dirinya dan sesamanya,” ujarnya.

Melalui program SLG, BMKG selama satu dekade telah melakukan edukasi dan latihan mitigasi bencana di berbagai daerah rawan gempa dan tsunami. Hingga November 2025, program ini telah menjangkau 215 lokasi dengan total 11.215 peserta. Capaian ini diperkuat dengan program BMKG Goes to School yang sudah menjangkau 64.400 pelajar dari berbagai wilayah.

Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama, menegaskan bahwa SLG bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi membangun kemampuan masyarakat untuk merespons informasi gempa dan peringatan dini secara cepat dan tepat. “Tujuannya jelas, agar masyarakat tidak panik namun tahu apa yang harus dilakukan,” katanya.

BMKG juga mengingatkan bahwa kota besar seperti Jakarta bukan sepenuhnya aman meskipun jarang merasakan guncangan. Data sejarah mencatat Jakarta pernah terdampak gempa besar pada tahun 1699, 1780, 1834, dan 1903, yang kemungkinan kuat dipicu aktivitas subduksi lempeng.

“Fakta sejarah ini mengingatkan bahwa Jakarta pun tidak bebas risiko gempa. Karena itu, kesiapsiagaan harus menjadi kesadaran bersama, tidak hanya di wilayah rawan,” kata Faisal.

BMKG menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor agar sistem peringatan dini dapat berjalan efektif dan sampai ke masyarakat paling bawah. Program mitigasi bencana, menurut BMKG, tidak bisa hanya dijalankan oleh lembaga teknis, tetapi membutuhkan peran keluarga, sekolah, pemerintah daerah, media, dan dunia usaha.

(riki/sukadana)