Podiumnews.com / Aktual / News

Aktivis Greenpeace Protes Kebijakan Energi Fosil Indonesia

Oleh Nyoman Sukadana • 19 November 2025 • 13:13:00 WITA

Aktivis Greenpeace Protes Kebijakan Energi Fosil Indonesia
Para aktivis Greenpeace menggelar aksi damai di PLTGU Muara Karang, Jakarta Utara. (Dok/Greenpeace)

JAKARTA, PODIUMNEWS.com - Aktivis Greenpeace menggelar aksi damai di area Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang, Jakarta Utara, Selasa (18/11/2025), sebagai bentuk protes terhadap kebijakan energi nasional yang dinilai tidak sejalan dengan komitmen iklim global Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB atau COP 30 yang sedang berlangsung di Belém, Brazil.

Dalam aksinya, Greenpeace menyoroti inkonsistensi pemerintah yang masih mempertahankan ketergantungan terhadap energi fosil, seperti gas dan batubara, meskipun Indonesia telah menyatakan komitmen menuju transisi energi bersih dan mendukung target iklim global 1,5 derajat Celsius.

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Yuyun Harmono, menyatakan penggunaan gas fosil sebagai energi transisional justru menghambat langkah Indonesia menuju energi bersih dan berkeadilan. Ia menilai kebijakan pemerintah masih didominasi kepentingan industri fosil.

“Penggunaan gas secara masif menciptakan inkonsistensi antara kebijakan energi nasional dengan komitmen transisi energi. Ini berpotensi mengunci Indonesia pada infrastruktur fosil selama puluhan tahun dan menghambat pencapaian target iklim yang sesungguhnya,” ujarnya.

Greenpeace juga mengkritik pemerintah yang dinilai memberikan ruang bagi 46 pelobi industri fosil dalam delegasi resmi Indonesia di COP 30. Menurut Greenpeace, keberadaan pelobi di panggung internasional menunjukkan lemahnya sikap Indonesia dalam membatasi pengaruh industri fosil terhadap kebijakan iklim.

Saat ini, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau RUPTL 2025–2034 masih memuat rencana pembangunan PLTU dan pembangkit gas fosil baru, meskipun Kebijakan Energi Nasional dan Second Nationally Determined Contribution menargetkan peningkatan porsi energi terbarukan. Jika tetap dijalankan, kebijakan tersebut berpotensi meningkatkan emisi karbon Indonesia dalam jangka panjang.

Dalam laporannya, Greenpeace dan Celios menyebut ekspansi pembangkit gas fosil dengan skenario 22 gigawatt akan menghasilkan lonjakan emisi karbon hingga 49,02 juta ton per tahun dan emisi metana hingga 43.768 ton per tahun.

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sekitar 3.600 gigawatt, dengan energi surya mencapai 3.200 gigawatt, menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Namun, kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional saat ini masih kurang dari 15 persen.

Greenpeace menegaskan bahwa transisi energi harus berfokus pada energi terbarukan, bukan pada peralihan dari batubara ke gas. Gerakan ini menyerukan pemerintah untuk mempercepat pembangunan energi surya dan angin agar Indonesia terbebas dari ketergantungan energi fosil.

(riki/sukadana)