DENPASAR,podiumnews.com-Kondisi Gunung Agung yang sempat berstatus Awas nampaknya berdampak luas, salah satunya berkaitan dengan pembangunan infrastruktur. Kenapa demikian? Alasannya karena suplai material (pasir) yang selama ini bisa didapat dengan kualitas bagus dan harga murah dari wilayah Karangasem menjadi terhambat. Sebagaimana diketahui, pasca Gunung Agung berstatus awas, pemerintah (Karangasem) melarang atau lebih tepatnya menutup akses mobilitas pengambilan material dari wilayahnya, tentunya karena dengan alasan keamanan. Alhasil sejumlah penggarap proyek, baik itu pribadi maupun pemerintah kesulitan mencari material pasir untuk, menyelesaikan proyeknya. Dengan kondisi tersebut, sejumlah penyedia material pasir terpaksa menggunakan material pasir dari daerah lain, bahkan sampai memburu material dari luar pulau Bali. “Imbasnya adalah para kontraktor terpaksa harus mengambil material dari daerah lain. Parahnya lagi harganya mencapai 3 kali lipat dibandingkan harga sebelumnya,” jelas Ari, pelaksana proyek PT. Wangun Jaya belum lama ini. Jika pada hari-hari biasa harga material tidak lebih dari Rp 2 juta per truk nya, kini jika dipaksakan mengambil material dari tempat lain (selain dari karangasem), maka harganya bisa 3 kali lipat lebih mahal. Belum lagi jika seharusnya sehari bisa mendapatkan 10 truk, maka dengan kondisi sekarang para kontaktor maksimal dalam sehari hanya bisa mendapatkan suplai material tidak lebih dari 3 truk saja. “Bayangkan saja, karena mengejar waktu (kontrak) kami sampai harus mencari material sampai Banyuwangi. Secara kalkulasi jelas harganya lebih tinggi, dan memerlukan waktu yang juga cukup panjang,” keluhnya. Keluhan yang sama juga disampaikan Benny, selaku Pelaksana Proyek dari PT. Raja Muda Indonesia. Seperti disampaikan bahwa ketakutan para kontraktor saat ini adalah selain mengejar waktu karena suplai material susah didapat, alasan lainnya juga karena adanya pembengkakan biaya pembelian materialnya. “Semua kegiatan ada RAB nya, dan ketika harga material yang sebelumnya sudah dianggarkan ternyata ada perubahan melambungnya harga, maka hal ini menjadi persoalan tersendiri yang harus dihadapi para kontraktor di tahun 2017 ini. Selain juga permasalahan kejar mengejar waktu dari kontrak yang sudah disepakati,” jelas pria yang saat ini sedang konsentrasi menyelesaikan proyek Pembangunanan SPAM PDAM Binaan Kabupaten Badung (MYC 16-17). (KP-TIM)
Baca juga :
• Polda Bali Gelar Lomba Makepung Kapolda Cup
• Denpasar Tampilkan Enam Pakem Busana Adat di PKB 2025
• Wali Kota Jaya Negara Hadiri Penyineban Pujawali Segara Rupek