Podiumnews.com / Kolom / Opini

Campur Kode Bahasa Pada Anak Milenial

Oleh Podiumnews • 12 Desember 2021 • 22:34:00 WITA

Campur Kode Bahasa Pada Anak Milenial
Alda Prakasih Sanusi, Mahasiswi Sastra Indonesia, Universitas Pamulang. (Foto: doc. pribadi Alda Prakasih Sanusi/Istimewa)

KEHIDUPAN manusia membutuhkan proses dan jangkauan komunikasi yang luas, sehingga sangatlah mungkin para penutur memakai bahasa lebih dari satu. Apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh seorang penutur. Alih kode adalah peralihan penggunaan kode satu ke kode bahasa yang lainnya, sedangkan campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalamnya pemakaian kata, frasa, klausa, idiom, dan sapaan. Dapat dikatakan bahwa orang tersebut dalam keadaan beralih kode.

Didalam kode terdapat berbagai macam varian (resional, sosial, ragam, gaya, ataupun register) maka alih kode mungkin berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya, atau alih register.  Alih kode merupakan aspek ketergantungan bahasa pada masyarakat yang multilingual artinya didalam masyarakat lingual hampir takmungkin penutur menggunakan satu bahasa mutlak.

Campur kode adalah proses mencampur kode-kode bahasa satu dengan bahasa lainnya. Campur kode adalah penggunaan serpihan dari bahasa asing, (seperti bahasa Inggris, bahasa arab, dan bahasa daerah) di dalam data berbahasa Indonesia dengan maksud tertentu.

Alih kode dan campur kode adalah suatu peristiwa yang lumrah terjadi pada tempat-tempat yang rutinitas di dalamnya mempertemukan orang-orang yang berasal dari daerah dan bahasa yang berbeda-beda. Masyarakat Kota Tangerang Selatan cenderung menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari, namun di sela-sela aktivitas mereka selain menggunakan bahasa gaul.

Penggunaan bahasa seperti hal tersebut, sangat lumrah memunculkan peristiwa alih kode dan campur kode.

Seperti contohnya campur kode yang saya sering lakukan berbicara dengan teman-teman saya

Alda : Malam ini mau datang gak?

Erdita : kemana emang?

Alda : partynya Risanti

Alda : Bagimana ujian besok, sudah siap apa belum?

Putri : Lagi prepare neh

Contoh kalimat yang didalamnya mengandung campur kode :

“Mereka akan married bulan depan.”

(mereka akan menikah bulan depan.)

“Karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya saya setuju saja.”

(karena saya sudah benar-benar baik dengan dia, ya saya setuju saja.)

“Yah apa boleh buat, better late than never.”

(yah apa boleh buat, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.)

Sebab terjadinya campur kode karena ingin santai, atau karena bahasa yang digunakannya tidak memiliki ungkapan untuk konsep yang akan dikemukakan. Campur kode adalah adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam percakapan atau kegiatan berabahasa, adapun dua bahasa tersebut dapat diselipkan ketika menggunakan bahasa tertentu, dengan tujuan untuk mengakrabkan atau mencairkan suasana, serta biasa campur kode digunakan dalam komunikasi dengan orang yang sudah dikenal akrab atau dekat. Kegiatan berkomunikasi yang dilakukan secara bergantian dapat melahirkan pemakaian dua bahasa. Di wilayah Kota Tangerang Selatan banyaknya anak-anak pada zaman milenial ini mengunakan bahasa Indonesia dicampuri dengan bahasa asing seperti contoh di atas tersebut, bahkan jika ada anak-anak rantau yang telah memasuki circel pertemanan di Tangerang Selatan secara perlahan demi perlahan bahasa daerah yang ia gunakan akan berubah menjadi bahasa yang lebih gaul dan menyesuaikan dengan circel perteman nya.

Maka berdasarkan pada penjelasaan di atas penggunaan bahasa dalam masyarakat dapat dikaji secara nternal dan eksternal. Internal yaitu kajian berdasarkan interen bahasa saja, yaitu yang melekat pada bahasa tersebut. Sedangkan kajian secara eksternal yaitu kajian yang melibatkan hal-hal yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu dengan kelompok masyarakat dimana bahasa itu digunakan.

 

Oleh: Alda Prakasih Sanusi, Mahasiswi Sastra Indonesia, Universitas Pamulang.

(RIS/PDN)