Search

Home / Aktual / Sosial Budaya

Ini Alasan Tanah dan Air Suci dari Pura Pusering Jagat Diambil untuk IKN

   |    14 Maret 2022    |   20:18:00 WITA

Ini Alasan Tanah dan Air Suci dari Pura Pusering Jagat Diambil untuk IKN
Wagub Cok Ace saat menyerahkan air suci dari Pura Pusering Jagat kepada Presiden Joko Widodo pada acara prosesi penyatuan tanah dan air Nusantara di Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (14/3). (Foto: doc.podiumnews.com)

KALTIM, PODIUMNEWS.com – Untuk dipersatukan dalam pembangunan Kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Pemerintah Provinsi Bali mengambil tanah dan air suci dari Pura Pusering Jagat, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.

Dipilihnya tanah dan air yang diambil dari Pura Pusering Jagat, menurut Wagub Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) karena Pura tersebut merupakan Pura yang ada di pusat kosmologi dunia (Pusering Jagat) yang juga diyakini sebagai pusat samudera (Pusering Tasik).

Sehingga, menurutnya tanah dan air yang ada di Pura Pusering Jagat merupakan tanah suci pusat kosmologi dunia sekaligus pusat samudera, sebagai cikal bakal terbentuknya dunia dan segala kehidupan di dalamnya.

Tanah dan air suci tersebut kemudian dibawa oleh Wagub dan diserahkan kepada Presiden RI Joko Widodo pada acara prosesi penyatuan tanah dan air Nusantara di Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (14/3), yang dihadiri sejumlah Menteri serta Gubernur dari seluruh Indonesia.

Lebih jauh, Cok Ace menjelaskan, Bali di identikan sebagai Padma Bhuwana (Bunga Teratai) dengan 8 helai daun mewakili arah mata angin. Dalam keyakinan Hindu, masing-masing arah mata angin memiliki Dewa yang mendiami (berstana). Posisi Tengah-tengah adalah Hyang Dewa Siwa yang berstana di Pura Pusering Jagat (Puser berarti pusat, jagat berarti alam semesta/kehidupan.

"Dengan memohon tanah dan air di Pura Pusering Jagat diharapkan Ibu Kota Negara (IKN) pada saatnya nanti tidak hanya sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia tetapi juga sebagai pusat orientasi bangsa Indonesia. Sekaligus menjadi cikal bakal tumbuhnya kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia," terangnya.

Tak hanya itu, Cok Ace juga menjelaskan adanya hubungan antara kerajaan Bedulu atau Pejeng yang merupakan kerajaan kuno di Bali dengan kerajaan Kuatai yang ada di Kalimantan Timur.  

Kerajaan Bedahulu atau Bedulu, disebut juga Kerajaan Pejeng karena lokasinya di Pejeng (Desa Pejeng saat ini) adalah kerajaan kuno di pulau Bali pada abad ke-8 sampai abad ke-14, yang memiliki pusat kerajaan di sekitar Pejeng.

Diperkirakan kerajaan ini diperintah oleh raja-raja keturunan Dinasti Warmadewa. Penguasa terakhir kerajaan Bedulu (Dalem Bedahulu) menentang ekspansi Kerajaan Majapahit pada tahun 1343 yang dipimpin oleh Gajah Mada namun berakhir dengan kekalahan Bedulu.

Sejarah berdirinya kerajaan Bedahulu pada abad ke-4 di Campa, Muangthai bertahta Raja Bhadawarman yang kemudian diganti oleh anaknya bernama Manorathawarman selanjutnya Rudrawarman. Anak Rudrawarman bernama Mulawarman merantau dan kemudian mendirikan Kerajaan Kutai, Kalimantan Timur.

"Di Desa Pejeng, Tampaksiring, Gianyar merupakan situs dinasti Warmadewa Raja Bali abad ke 8 yang merupakan buyut dari raja Mulawarman di Kutai, Kalimantan Timur. Sehingga hubungan Desa Pejeng dengan Kutai sangat dekat. Sehingga tanah dan air yang kita ambil dari Pura Pusering Jagat di Pejeng ini merupakan sebuah persembahan dari Bali untuk leluhur di Kalimantan," imbuhnya.

Diketahui, seluruh gubernur se Indonesia diundang dan diminta membawa air dan tanah dari daerahnya masing-masing yang nantinya akan digabung dalam kendi khusus bernama Kendi Nusantara. Kendi tersebut akan disimpan di titik nol IKN. Selain itu, juga melakukan penanaman pohon. (ISU/PDN)

Baca juga :
  • Universitas Ngurah Rai Jaga Pelestarian Budaya Lewat Lawar
  • Denpasar Andalkan 'Pararem' Atasi Krisis Sampah
  • Jaga Kesucian, PKB 2025 Batasi Tampilan Busana Adat Sakral