Podiumnews.com / Aktual / Politik

Senator Australia Dituding Sebarkan Hoaks Soal PMK Bali

Oleh Podiumnews • 09 Agustus 2022 • 19:54:00 WITA

Senator Australia Dituding Sebarkan Hoaks Soal PMK Bali
Senator Australia Pauline Hanson (ist)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com – Tudingan Senator Australia Pauline Hanson bahwa warga Australia yang pulang dari Bali dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) di Negeri Kangguru itu, ditangapi tegas oleh Gubernur Bali Wayan Koster.

Koster balik tuding Hanson menyebarkan kabar bohong alias hoaks soal Bali, terkait sapi berkeliaran dan kotorannya yang berceceran di jalan sehingga dapat meningkatkan risiko penyebaran PMK.

Tudingan Gubernur Bali itu diperkuat laporan data dari Kementerian Pertanian (Kementan) yang menyebutkan lima provinsi di Indonesia termasuk Bali dalam 2 minggu terakhir ini mengalami zero case.

Baca juga: Bali Dua Minggu Zero Case PMK

Baca juga: Sandi Tanggapi Senator Australia Hina Bali Soal Wabah PMK

Koster menduga Hanson tidak pernah datang ke Bali dan melihat langsung penanganan penyakit PMK di Pulau Dewata.

“Bohong, pernyataan itu bohong,” tegas Koster, Senin (8/8) di Denpasar.

“Pernyataan itu tidak benar. Jangan-jangan dia ngomong tidak datang ke Bali. Ngomong dari jauh sana,” kata Koster.

Koster menantang Hanson untuk membuktikan pernyataannya yang dia sampaikan di forum sidang para anggota dewan di Australia.

“Tunjukkan di mana ada kotoran sapi berceceran di jalan,” kata Koster.

Dalam kesempatan yang sama, Koster lanjut menyampaikan tidak ada lagi kasus PMK di Pulau Dewata.

“PMK di Bali sudah habis. Tidak ada PMK lagi. Penuntasan PMK paling cepat di Indonesia itu di Bali,” kata Koster.

Nama Pauline Hanson, seorang senator Australia dari Queensland viral dalam beberapa hari terakhir, karena rekaman videonya yang menyinggung Bali sebagai daerah berisiko PMK diyakini tidak akurat.

Hanson, dalam video yang diunggah di akun YouTube pribadinya pada 5 Agustus 2022 menyebut kotoran sapi berceceran di jalanan Bali, karena sapi dibiarkan berkeliaran. Kemudian, warga Australia, yang merupakan salah satu kelompok wisatawan terbesar di Bali, menginjak kotoran itu dan membawa risiko penyakit PMK masuk ke Australia.

Hanson, dalam video yang sama, menilai Bali sebagai ancaman serius penularan PMK di Australia.

Dalam video itu juga, Hanson keliru menyebut Bali sebagai negara, mengingat Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia.

Walaupun demikian, Koster saat ditanya mengenai kemungkinan melayangkan surat keberatan terhadap Hanson menjawab ia tidak berencana berbuat demikian.

“Tidak usah,” kata Koster.

Dalam kesempatan terpisah, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu)  RI Teuku Faizasyah, menilai Hanson berpikiran sempit.

"Tidak berguna sebenarnya menanggapi seorang Hanson yang berpikiran sempit," kata Faizasyah.

Faizasyah tidak yakin Hanson  pernah berkunjung ke Bali.

Menurutnya, Hanson berpendapat bahwa di Bali bertebaran kotoran sapi di mana-mana hanya berdasarkan imajinasnya sendiri.

Tudingan Gubernur Bali dan Jubir Kemenlu kepada Hanson bukanlah tanpa alasan kuat. Sebab Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan lima provinsi di Indonesia termasuk Bali dalam 2 minggu terakhir ini mengalami zero case.

Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan Nasrullah dalam keterangan tertulis, Senin (8/8) di Jakarta.

“Saat ini terdapat lima provinsi, 66 kabupaten/kota, 570 kecamatan dan 4.195 desa dengan kategori Zero Case (0) karena lebih dari dua minggu terakhir tidak terdapat kasus baru/kasus aktif, serta terjadi penurunan jumlah kasus harian," kata Nasrullah.

Nasrullah menyebutkan, kelima provinsi itu adalah Kepulauan Riau, Bali, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta dan Sumatra Selatan. Hal itu menunjukkan bahwa hewan yang sakit PMK semakin menurun di lapangan bahkan sudah tidak ada lagi laporan ditemukannya ternak yang sakit pada wilayah Zero Case.

Selain itu juga menurut Nasrullan, jumlah ternak sakit PMK terus menurun, hal itu dapat dilihat dengan membandingkan sejak puncak kasus 26 Juni 2022 sebanyak 13.518 ekor dan per 5 Agustus 2022 tinggal 476 ekor atau turun sebesar 96,48 persen dari puncak kasus.

Dikatakannya, rata-rata perbandingan jumlah ternak sembuh terhadap ternak sakit PMK sebesar 61,98 persen, sedangkan rata-rata perbandingan jumlah ternak mati terhadap ternak sakit PMK sebesar 1,07 persen. (ady/sut)