Menengok Dapur Tradisional Rumah Warga Pengelipuran
WARGA Desa Adat Pengelipuran, Kabupaten Bangli, dikenal sangat taat menjaga tradisi ada istiadat mereka hingga membuatnya tetap menjadi unik dalam arus modernisasi.
Salah satunya adalah tradisi mempertahankan bentuk bangunan dapur tradisional termasuk pula cara memasaknya. Nah, seperti apakah itu?
Tatanan bangunan dapur tradisional dari rumah warga Desa Pengelipuran yang berasal dari kearifan lokal setempat tetap lestari ratusan tahun.
Tak heran wajah pedesaan di tempat ini terlihat sangat asri. Warga tetap desa masih ajeg mempertahankan tatanan bangunan rumah, baik dari segi struktur maupun fisiknya.
Memasuki rumah warga Desa Pengelipuran, pengunjung akan disambut pintu gerbang khas Bali atau disebut angkul. Bangunan pertama yang dijumpai pengunjung adalah dapur tradisional dan bale sakenem yang berbahan bambu, batu padas dan kayu.
Menurut warga Desa Penglipuran, Nyoman Suta dapur tradisional tersebut terbuat dari kayu dan beratapan bambu.
"Memasak di dapur ini masih menggunakan kayu bakar. Kelebihannya, asap kayu akan keluar dari celah- celah bambu," kata Nyoman Suta ketika ditemui di Desa Penglipuran, Bangli pada Kamis (25/5/2023).
Kelebihan dapur beratap bambu ini adalah mampu menjaga suhu tetap hangat ruangan masak sepanjang musim. Seluruh rumah di desa adat ini yang berjumlah 76 memiliki dapur tradisional yang seragam.
"Suhu di wilayah Bangli pada umumnya dingin. Tapi jika kita berada di dapur ini, pagi hari terasa hangat," ujar dia.
Selain untuk memasak, di dapur terdapat bale yang digunakan untuk beristirahat atau tidur orang tua atau ibu di keluarga.
"Anak paling besar atau jika orang tuanya masih ada itu biasanya istirahat di sini," kata dia.
Menurut Nyoman Suta, warga desa adat pun masih mempertahankan semangat gotong royong. Warga melakukan hal ini dalam berbagai kegiatan. Semua warga terlibat agar suatu kegiatan bisa dilaksanakan dengan ringan.
Hal ini pun diakui oleh warga Desa Penglipuran lainnya, Niken Wulandari.
Niken menjelaskan, salah satu kegiatan gotong royong yang rutin dilakukan oleh warga adalah membersihkan lingkungan.
Barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan atau di daur ulang seperti bekas botol kemasan akan dikumpulkan di bank sampah yang ada di balai banjar. "Ibu-ibu PKK sebulan sekali mengumpulkan botol bekas dan plastik," kata dia.
Aktifitas gotong-royong yang dilakukan pada saat ini merupakan kegiatan rutin masyarakat dengan harapan adanya lingkungan yang bersih yang membuat nyaman warga masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke desa adat ini.
Tidak heran jika Desa Penglipuran dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Hal ini didukung dengan berbagai penghargaan bidang lingkungan dan pariwisata.
Mulai dari Kalpataru, Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA), bahkan masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 menurut Green Destinations Foundation. (adhi)