Search

Home / Muda / Kata Mereka

Sound System Saat Ngerupuk Tak Sesuai Adat Bali

Editor   |    13 Maret 2024    |   19:34:00 WITA

Sound System Saat Ngerupuk Tak Sesuai Adat Bali
Ketua DPD KNPI Bali AA Gde Utama Indra Prayoga. (foto/fatur)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Ketua DPD KNPI Provinsi Bali AA Gde Utama Indra Prayoga menilai penggunaan sound system saat pengarakan ogoh-ogoh pada Malam Pengerupukan atau sehari sebelum Hari Raya Nyepi, tak sesuai dengan adat dan budaya Bali.

"Saya harap desa adat dan pemerintah memperketat larangan penggunaan sound system saat pengerupukan. Hal ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena nyomye (pemurnian, red) bhuta kala dengan ogoh-ogoh sebaiknya tetap menggunakan baleganjur (gambelan Bali, red)," tegasnya, Rabu (13/3/2024) di Denpasar.

Gung Indra demikian ia akrab disapa menambahkan, sudah semestinya penggunaan gamelan dikedepankan daripada penggunaan sound system yang dapat merusak budaya Bali.

"Jangan sampai sound system yang digunakan awalnya lantunan baleganjur terus berubah menjadi house music. Apalagi sampai mendatangkan sound system dari luar Bali."

"Kita kedepankan seni dan budaya bali, karena di era saat ini godaan dan tantangan generasi muda, sangat besar. Mempertahankan lebih sulit dari pada pendahulu kita yang telah menciptakan atau menggagas gambelan sebagai iring-iringan dalam upacara adat di Bali," imbuhnya menerangkan.

Menurutnya, jangan sampai dengan alasan tidak ada sekahe atau grup untuk megambel, jadinya beralih menggunakan sound system.

"Penggunaan baleganjur bisa bareng dengan sekahe yang ada di wilayahnya, mungkin bisa digabung ogoh-ogoh antar banjar terdekat lalu baleganjurnya jadi satu, ini pun juga bisa sebagai cara memupuk solidaritas dan persatuan pemuda," sarannya.

"Jika ini sudah ada, lalu disosialisasikan dari jauh-jauh hari masyarakat pasti mendukung. Pasti masyarakat juga akan saling membantu dalam mengingatkan pemuda di wilayahnya untuk tetap melestarikan seni dan budaya yang ada di Bali," tambahnya.

Terakhir, ia menegaskan harus ada sanksi tegas terhadap pelanggar aturan yang dapat mengikat sehingga tidak ada pelanggar peraturan.

"Di sini pun juga mesti ada sanksi yg tegas dan tidak bisa ditawar, agar ke depannya di Bali 100 persen tidak ada penggunaan sound system lagi dalam acara Pengerupukan," pungkasnya. (fatur/suteja)


Baca juga: Kisah Farani, Wisudawan Double Degree Pertama FH UNAIR-Maastricht University