Podiumnews.com / Khas / Warisan

Nirankara: Sukreni Masa Kini

Oleh Editor • 22 Maret 2025 • 00:11:00 WITA

Nirankara: Sukreni Masa Kini
Peluncuran novel “Semua Karena Nirankara?” karya Andre Syahreza, Jumat (21/3/2025) di Sanur. (foto/fathur)

DI SUTASOMA Lounge, The Meru Sanur, Jumat (21/3/2025), aroma dupa bercampur wangi kopi Bali menyambut para tamu yang hadir. Sebuah novel baru, "Semua Karena Nirankara?", karya Andre Syahreza, diluncurkan di tengah diskusi hangat tentang sastra dan tradisi Bali. Di antara para tamu, duduk Ny. Putri Suastini Koster, Ketua TP PKK Provinsi Bali, yang juga dikenal sebagai penggiat sastra.

Novel "Semua Karena Nirankara?" bukan sekadar fiksi biasa. Andre Syahreza, sang penulis, secara terbuka mengakui bahwa karyanya terinspirasi dari novel fenomenal "Sukreni Gadis Bali" karya Anak Agung Pandji Tisna. Sebuah keberanian, sekaligus penghormatan, dari seorang penulis muda kepada karya klasik yang telah melegenda.

"Ini menarik, karena Ibu juga mengikuti proses syuting di Lovina saat Sukreni Gadis Bali difilmkan," ujar Putri Koster, mengenang masa lalu. Ia merasa bangga melihat anak muda seperti Andre yang berani menapaki jalan sastra, jalan yang tak selalu mudah di tengah arus modernisasi.

Nirankara, tokoh utama dalam novel ini, adalah perempuan muda pemilik Kafe Bara di Bali Utara. Bersama suaminya yang telah berumur, ia menyusun skenario tak lazim untuk menarik pengunjung ke kafenya yang sepi. Sebuah skenario yang kemudian menyeret mereka ke dalam pusaran asmara dan intrik.

"Novel ini merefleksikan interaksi sosial yang dipengaruhi oleh motif ekonomi, dorongan nafsu, dan relasi kuasa," ungkap Andre. Ia merancang novel ini untuk Generasi Z, dengan bahasa yang ringan dan alur cerita yang mengalir. "Agar sastra tidak lagi terkesan berat dan menakutkan," imbuhnya.

Putri Koster mengapresiasi keberanian Andre mengangkat tema perempuan dalam karyanya. "Perempuan adalah kekuatan (power) atau sakti bagi laki-laki," tandasnya. Ia berharap, adaptasi Sukreni ke Nirankara mampu mengharmoniskan ruang tradisi dan modernitas.

Lebih dari itu, ia menekankan pentingnya menggambarkan perempuan secara autentik. "Bukan bermaksud menjelekkan, tetapi perempuan masa kini harus belajar memahami apa yang seharusnya ia lakukan," ujarnya.

Peluncuran novel ini menjadi momentum penting bagi dunia sastra Bali. Di tengah gempuran budaya digital, tradisi keaksaraan perlu terus dijaga dan dilestarikan. Putri Koster mendorong kemunculan talenta-talenta baru di bidang sastra, seperti Andre Syahreza.

"Melalui ajang Festival Bali Jani, kita mendorong anak muda untuk menghasilkan karya yang sesuai dengan perkembangan zaman," tuturnya. Ia juga mengungkapkan rencana penyelenggaraan Bali International Book Fair, sebagai wadah bagi penulis lokal untuk memperkenalkan karya mereka ke dunia internasional.

Di akhir acara, Putri Koster menyampaikan selamat kepada Andre Syahreza atas terbitnya novel "Semua Karena Nirankara?". "Teruslah berkarya dan berikan pencerahan bagi masyarakat," pesannya.

Novel "Semua Karena Nirankara?" bukan sekadar hiburan. Ia adalah cermin yang merefleksikan realitas sosial Bali, dengan segala dinamika dan perubahannya. Sebuah karya yang diharapkan dapat menjembatani jurang antara tradisi dan modernitas, antara generasi lama dan generasi baru. (fathur)