“Tawa meledak di Gedung DNA. Bukan raksasa ogoh-ogoh seram, tapi miniatur lucu menggemaskan, dikendalikan tangan-tangan mungil para bocah. Di Kasanga Festival, mitos Bali bertransformasi jadi permainan, dan anak-anak jadi pahlawannya.” MINGGU pagi itu, Ruang Taksu di Gedung Dharma Negara Alaya (DNA) berubah menjadi panggung keajaiban. Bukan raksasa ogoh-ogoh menyeramkan, melainkan ogoh-ogoh mini dengan ukuran tak lebih dari tinggi anak balita. Para dalang cilik ini, siswa-siswi PAUD dan TK se-Kota Denpasar, menjadi bintang utama dalam parade yang memancing gelak tawa dan decak kagum. Kasanga Festival 2025 memang bukan hanya milik orang dewasa. Di tengah riuhnya parade ogoh-ogoh raksasa dan lomba baleganjur, ada parade ogoh-ogoh cilik yang tak kalah memikat. Delapan ogoh-ogoh mini, hasil kreasi delapan gugus PAUD dan TK, berarak diiringi tarian polos nan menggemaskan. Tak jarang, aksi spontan para bocah ini memancing tawa penonton, termasuk Wakil Walikota Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa, dan Bunda PAUD Kota Denpasar, Ny Sagung Antari Jaya Negara. "Ini adalah upaya kami mengenalkan budaya Bali sejak dini," ujar Arya Wibawa, di sela-sela parade. "Lihatlah, mereka begitu antusias dan kreatif. Inilah penerus budaya kita." Semangat para bocah ini memang patut diacungi jempol. Meski lokasi parade dipindahkan dari Lapangan Puputan Badung ke Gedung DNA akibat cuaca buruk, mereka tetap tampil prima. Ny Sagung Antari Jaya Negara pun tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. "Semangat anak-anak ini luar biasa," katanya. "Meski tempatnya berbeda, mereka tetap bersemangat dan berkreasi." Parade ogoh-ogoh cilik ini hanyalah satu dari rangkaian acara "IGTKI Kota Denpasar Road to Kasanga Festival 2025". Selain parade, ada pula lomba menggambar yang melibatkan 40 pasang anak dan orang tua, serta lomba peragaan busana daur ulang yang diikuti lebih dari 20 peserta. Semuanya bertujuan untuk mengasah kreativitas dan memperkenalkan budaya Bali kepada generasi penerus. "Kami ingin anak-anak ini tidak hanya mengenal budaya, tetapi juga mencintai dan melestarikannya," jelas Nyoman Handika, Ketua Panitia Road to Kasanga Festival. Di tengah gempuran budaya asing, parade ogoh-ogoh cilik ini menjadi oase yang menyegarkan. Tawa polos dan tingkah lucu para bocah ini menjadi pengingat bahwa budaya Bali memiliki daya tarik yang universal, bahkan bagi anak-anak sekalipun. Dan di balik ogoh-ogoh mini itu, tersimpan harapan besar: generasi penerus yang kelak akan menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur. (fathur/suteja)
Baca juga:
Gedong Kirtya, Museum Menyimpan Lontar dan Buku Tua