Podiumnews.com / Kolom / Opini

Jembatan Duka Bernama Tukad Bangkung

Oleh Editor • 06 April 2025 • 21:26:00 WITA

Jembatan Duka Bernama Tukad Bangkung
Argus Darshan. (dok)

Tragedi Jembatan Tukad Bangkung, dengan rentetan aksi bunuh diri yang terjadi di sana, telah mengguncang hati masyarakat Bali. Jembatan yang dulunya menjadi ikon keindahan kini berubah menjadi tempat duka. Di balik keindahannya, Tukad Bangkung menyimpan luka yang mendalam.

Tragedi ini bukan hanya sekadar kehilangan nyawa, tetapi juga menyoroti masalah kesehatan mental yang semakin kompleks di tengah masyarakat kita. Depresi, kecemasan, dan berbagai masalah psikologis lainnya menjadi faktor utama yang mendorong seseorang untuk mengakhiri hidupnya.

Kita perlu merenungkan kembali apa yang terjadi di Tukad Bangkung. Mengapa tempat yang seharusnya menjadi simbol keindahan justru menjadi tempat kesedihan? Apa yang mendorong seseorang untuk memilih jalan bunuh diri? Dan apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah tragedi serupa terulang?

Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab dengan serius. Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan menyaksikan tragedi ini terus berulang. Pemerintah, masyarakat, dan keluarga perlu bekerja sama untuk mencari solusi.

Pertama, kita perlu meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental. Stigma negatif terhadap masalah kesehatan mental harus dihapuskan. Kita perlu menciptakan lingkungan yang lebih terbuka dan mendukung bagi mereka yang mengalami masalah psikologis.

Kedua, kita perlu memperkuat layanan kesehatan mental. Terapi, konseling, dan dukungan sosial harus tersedia bagi mereka yang membutuhkan. Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran yang cukup untuk pengembangan layanan kesehatan mental.

Ketiga, kita perlu membangun komunitas yang lebih peduli. Saling peduli dan saling mendukung antara sesama adalah kunci untuk mencegah terjadinya aksi bunuh diri. Kita perlu menciptakan lingkungan yang hangat dan penuh empati, di mana setiap orang merasa diterima dan dihargai.

Tragedi Tukad Bangkung adalah panggilan untuk kita semua untuk berbuat lebih. Kita tidak bisa hanya bersimpati, tetapi harus bertindak nyata untuk mencegah tragedi serupa terulang. Mari bersama-sama kita ciptakan masyarakat yang lebih peduli dan lebih menghargai kehidupan. (*)

(Argus Darshan)