Search

Home / Khas / Sosial Budaya

Tari Langka Nyenuk: Harmoni Kosmos dari Sangsit

Editor   |    04 Mei 2025    |   02:24:00 WITA

Tari Langka Nyenuk: Harmoni Kosmos dari Sangsit
Penampilan Tari Nyenuk dari Sangsit, Jumat (2/5/2025) di Buleleng. (foto/suteja)

DEBU waktu seolah tersibak di Desa Adat Sangsit Dauh Yeh, Buleleng, kala Tari Nyenuk kembali dipentaskan. Tarian sakral yang bagi sebagian besar telinga mungkin masih asing ini, hadir memukau dalam Upacara Padudusan Agung Menawa Ratna, sebuah perhelatan suci yang hanya digelar setiap 74 tahun sekali.

Momen langka ini bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah pengingat akan filosofi mendasar yang dianut masyarakat Bali: menjaga harmoni abadi antara alam semesta (bhuana agung) dan diri manusia (bhuana alit).

Bendesa/Kelian Desa Adat Sangsit Dauh Yeh, I Wayan Wisara, dengan khidmat menuturkan bahwa Tari Nyenuk bukanlah sekadar rangkaian gerak indah. Ia adalah representasi spiritualitas masyarakat Bali, sebuah simbol yang hidup dari upaya menjaga keseimbangan kosmos.

"Saat piodalan, ngenteg linggih, dan padudusan Agung Menawa Ratna, masyarakat menyampaikan rasa terima kasih atas perlindungan dan berkah yang telah dilimpahkan. Tari Nyenuk tampil di penghujung rangkaian, membawa makna syukur yang mendalam atas kelancaran seluruh prosesi keagamaan," ungkapnya, Jumat (2/5/2025) di Buleleng.

Keunikan Tari Nyenuk tak hanya terletak pada frekuensi pementasannya yang jarang. Lebih dalam lagi, ia menyimpan kekayaan simbolisme yang terwujud dalam busana penari. Warna-warna khas yang dikenakan bukan sekadar estetika, melainkan bahasa visual yang sarat makna. Merah menyala melambangkan keberanian, putih suci merepresentasikan kesucian, kuning cerah adalah simbol kebijaksanaan, hitam pekat menandakan kekuatan dan ketenangan, sementara warna loreng yang beragam mencerminkan harmoni dalam perbedaan.

"Tarian ini juga merupakan salah satu manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa pada lima penjuru mata angin," jelas Wayan Wisara. "Dewa Siwa di timur berwarna putih, Dewa Brahma di selatan merah, Mahadewa di barat kuning, Dewa Wisnu di utara hitam, dan tengah adalah representasi panca datu."

Sebelum para penari Nyenuk melangkah anggun di arena upacara, sebuah tradisi unik bernama memasar digelar. Dalam bentuk bale pedanaan, tradisi ini mengajak masyarakat untuk memberikan sumbangsih.

"Proses memasar ini merefleksikan kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat ketika mereka berada di pasar," imbuh Wisara, seolah mengingatkan bahwa keseimbangan juga tercermin dalam interaksi sosial dan ekonomi.

Lebih jauh lagi, pementasan Tari Nyenuk melibatkan berbagai lapisan usia dan status sosial. Pria dan wanita, tua dan muda, masing-masing memegang peran penting dalam arak-arakan ini. Kaum pria membawa tegen-tegenan berisi hasil bumi seperti kelapa, tebu, buah-buahan, dan umbi-umbian, sementara para wanita mengusung beras, gula, bunga, dan sesajen. Pemandangan ini bukan hanya indah, namun juga sarat makna, menunjukkan betapa setiap individu memiliki kontribusi dalam menjaga tradisi dan menyampaikan rasa syukur.

Kehadiran berbagai generasi dalam Tari Nyenuk menjadi simbol harapan akan kesinambungan budaya. Nilai-nilai luhur diturunkan secara langsung dari orang tua kepada anak-anak, memastikan warisan leluhur tetap hidup dan relevan di tengah arus zaman.

Kembalinya Tari Nyenuk di Sangsit bukan sekadar pertunjukan seni. Ia adalah manifestasi keyakinan, simbol keseimbangan kosmos, dan perekat sosial yang menghubungkan generasi. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, tarian langka ini hadir sebagai pengingat yang kuat akan pentingnya menjaga harmoni dengan alam dan sesama, sebuah filosofi abadi yang terus dipegang teguh oleh masyarakat Bali.

Menyaksikan Tari Nyenuk adalah menyaksikan keagungan nilai-nilai luhur yang menari dalam kesunyian waktu, kembali menyapa dan mengingatkan kita akan esensi kehidupan yang seimbang. (suteja)

Baca juga :
  • Dari Mendak ke Mengalir: Revolusi Sunyi Air Suci Besakih
  • Lewat Tangan Perempuan, Banten Tetap Hidup di Sanur Kaja
  • Seni Peran, Ruang Empati Bertumbuh