Mengenang Ida Ayu Istri Yanti Agustini, Perempuan Teguh di Balik Keuangan Badung Tidak semua pengabdian datang dengan tepuk tangan. Ada yang memilih berjalan sunyi, bekerja tenang, dan menyisakan jejak lewat hasil yang berbicara sendiri. Ida Ayu Istri Yanti Agustini adalah salah satunya—perempuan tangguh yang kini telah berpulang, namun dedikasinya tetap tertinggal dalam setiap catatan keuangan dan aset Badung yang tertata rapi. Senin pagi, 2 Juni 2025, pukul 08.25 WITA, almarhumah menghembuskan napas terakhir di RSUP Prof Dr IGNG. Ngoerah, Denpasar. Kepergiannya dalam usia 55 tahun meninggalkan duka mendalam—bukan hanya bagi keluarga, tapi juga bagi birokrasi Badung yang telah ia layani dengan penuh ketelatenan dan keteguhan hati. Sebagai Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Badung sejak 2021, almarhumah dikenal sebagai sosok visioner, bersahaja, dan berprinsip. “Dari cerita staf beliau, almarhumah selalu hadir lebih awal, pulang paling akhir. Meski tugas berat, wajahnya selalu teduh,” kenang I Made Suardita, Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Badung. Rabu (4/6/2025), Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa dan Wakil Bupati I Ketut Bagus Alit Sucipta melayat ke rumah duka di Banjar Brahmana Bukit, Kelurahan Cempaga, Bangli. Hadir pula Sekda IB Surya Suamba dan Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta. Dalam sambutannya, Bupati Adi Arnawa menyebut almarhumah sebagai figur teladan dalam birokrasi: “Kami kehilangan sosok luar biasa. Pengabdian dan nilai-nilai yang ditinggalkannya akan jadi inspirasi bagi generasi ASN Badung.” Membangun Jalan dengan Hening Lahir di Bangli, 24 Agustus 1969, Dayu Yanti—sapaan akrabnya—adalah putri sulung dari pasangan (alm) I B Made Suthapa dan Ni Wayan Darsini. Sejak kecil, ia dikenal tekun dan gigih. Pendidikan dasarnya ditempuh di SDN 1 Peninjoan, lalu lanjut ke SMP Negeri Pekutatan, SMA Negeri 1 Negara, hingga meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Warmadewa dan Magister Manajemen dari Universitas Udayana. Karier ASN-nya dimulai sejak 1994. Dari Capeg yang ditempatkan di bagian hukum, ia menapak pelan, dari Kasubag Perundang-undangan, Evaluasi, Penanaman Modal, hingga Kepala Bidang di berbagai dinas. Ia pernah bertugas di Dinas Pendapatan, Dinas Koperasi dan UKM, hingga akhirnya menakhodai BPKAD Badung. Bagi Dayu Yanti, tiap tugas adalah medan belajar. Ia tak pernah mengeluh saat ditugaskan di bidang yustisi, bahkan saat harus membangun pemberdayaan petani asparagus di Pelaga. Semua dijalani dengan kesabaran dan visi panjang. “Setiap tantangan pasti ada pelajaran,” ujarnya suatu ketika. Teladan di Balik Angka Di lingkungan kerja, Dayu Yanti bukan sekadar pejabat teknis. Ia adalah mentor, teman diskusi, dan figur ibu bagi banyak ASN muda. Tegas dalam prinsip, lembut dalam membimbing. “Tidak ada yang merasa jauh darinya,” begitu kata salah satu stafnya. Di tengah beban kerja pengelolaan anggaran dan aset daerah yang sangat teknis dan padat, ia dikenal cermat, cepat, dan tetap menjaga etika. Lembur adalah hal biasa baginya. “Apa yang bisa dipercepat, percepat. Apa yang harus ditindaklanjuti, selesaikan segera,” begitu falsafah kerjanya. Perempuan dan Kepemimpinan Dayu Yanti percaya bahwa perempuan tak boleh berhenti hanya karena dunia menyempitkan mereka. “Kalau punya ide, pemikiran, kemampuan—kenapa dipendam?” ujarnya. Ia mendorong perempuan untuk percaya pada potensi diri dan bersedia mengambil tantangan, bahkan di ruang birokrasi yang kerap maskulin. Dalam keluarga, ia membagi waktu dan tugas bersama suami. Komunikasi dan kerjasama, menurutnya, adalah kunci. “Tak semua urusan domestik harus dibebankan ke perempuan. Bagi saya, semua bisa dikelola bersama.” Pulang dengan Warisan Nilai Kamis, 5 Juni 2025, almarhumah akan diantar ke peristirahatan terakhir di Krematorium Sagraha Mandrakantha Santhi, Bebalang, Bangli. Tapi nilai-nilai hidupnya akan tetap tinggal: etos kerja, dedikasi tanpa pamrih, dan semangat belajar yang tak pernah padam. Ia tidak meninggalkan gedung atau monumen, tapi ia meninggalkan sesuatu yang lebih kokoh: keteladanan. Dalam dunia birokrasi yang sering bising oleh ambisi, Dayu Yanti adalah suara tenang yang bekerja dalam diam. Kini ia telah berpulang, tapi jejaknya tetap berjalan—di langkah para ASN muda yang pernah ia dampingi, di laporan-laporan yang masih menggunakan sistem yang ia benahi, dan di setiap keputusan yang terus meneladani integritas yang ia jaga sampai akhir. (adi/suteja)
Baca juga :
• Ketika Gubernur Menjadi Penabuh Gamelan
• Pengabdian yang Tak Tercatat di Absen
• Denpasar Apresiasi Perjuangan Para Pemburu Jentik