Search

Home / Aktual / Ekonomi

Lokal Bukan Alternatif, Tapi Pilihan Utama

Editor   |    21 Juni 2025    |   11:49:00 WITA

Lokal Bukan Alternatif, Tapi Pilihan Utama
Ilustrasi produk lokal Indonesia dari kopi parfum hingga konstruksi kini jadi pilihan utama konsumen. (podiumnews)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Dalam beberapa tahun terakhir, pola konsumsi masyarakat Indonesia mengalami pergeseran besar. Produk lokal tak lagi diposisikan sebagai alternatif dari produk impor, melainkan telah menjadi pilihan utama.

Fenomena ini tak hanya terjadi di sektor gaya hidup, tetapi juga menyentuh industri kreatif, kecantikan, hingga konstruksi. Prinsip think globally, do locally mulai menjadi fondasi dalam memilih produk. Mengakar pada budaya sendiri, namun tetap menjawab ekspektasi global.

Cita rasa kopi lokal, misalnya, kini hadir di ratusan kedai yang tumbuh pesat di kota-kota besar hingga pelosok. Nama-nama daerah seperti Gayo, Toraja, dan Kintamani tak lagi sekadar destinasi. Ketiganya telah menjelma menjadi identitas rasa kopi yang akrab di lidah banyak orang. Produksi kopi Indonesia yang mencapai 789.000 ton per tahun memberi alasan kuat untuk membanggakan kualitasnya. Bukan hanya karena volume, tetapi juga kisah dan karakter yang menyertainya.

Di sisi lain, industri wewangian pun mulai menyumbang aroma khas dari dalam negeri. Indonesia sebagai penghasil utama minyak nilam, bahan dasar utama parfum dunia, tak lagi hanya mengekspor bahan mentah. Kini, bahan itu diracik oleh tangan-tangan kreatif lokal menjadi produk parfum yang digemari konsumen muda. Laporan Populix 2024 mencatat bahwa lebih dari 70 persen konsumen Indonesia memilih merek lokal untuk produk kecantikan dan perawatan diri, termasuk parfum.

Tren ini menandai bahwa produk lokal hadir bukan karena sentimen nasionalisme semata, tetapi karena mampu bersaing dari sisi kualitas, desain, hingga pengalaman pengguna. Merek-merek lokal mulai naik kelas dan tampil percaya diri di pasar.

Semangat yang sama juga menjalar ke sektor konstruksi. Inovasi kini tidak lagi datang dari luar, tetapi tumbuh dari kebutuhan riil di lapangan. Semen Merah Putih, misalnya, menghadirkan Watershield, semen pertama di Indonesia dengan teknologi penahan air atau water repellent. Dirancang untuk kondisi tropis yang lembap, produk ini menawarkan perlindungan dari rembesan, tekstur tembok yang lebih halus, serta daya tahan yang lebih kuat.

Menurut Nyiayu Chairunnikma, Head of Marketing Semen Merah Putih, pendekatan ini berangkat dari pemahaman bahwa standar global harus lahir dari akar lokal. “Kami tidak hanya membuat semen, kami merancang solusi. Inovasi Watershield lahir dari kebutuhan nyata masyarakat yang kami pastikan kualitasnya bisa bersaing di mana saja,” ujarnya melalui keterangan pers, Jumat (20/6/2025).

Lebih dari sekadar produk, ini adalah cerita tentang bagaimana brand lokal mulai menjawab ekspektasi zaman. Dari kopi hingga konstruksi, dari parfum hingga prinsip desain, semuanya bergerak ke arah yang sama: berakar di dalam negeri dan berpandangan ke luar.

(riki/suteja)

Baca juga :
  • Era Baru ASN: SK dan NIP Kini Serba Digital
  • Pelajar Tabanan Tampil di Lomba HKG PKK Bali
  • Pemkot Denpasar Rehabilitasi Lokasi Gerabah Lansia Binoh