Podiumnews.com / Aktual / Ragam

Perempuan Rentan Bunuh Diri karena Tekanan Ekonomi

Oleh Nyoman Sukadana • 19 September 2025 • 20:18:00 WITA

Perempuan Rentan Bunuh Diri karena Tekanan Ekonomi
Ilustrasi ibu rumah tangga menatap catatan keuangan dan tagihan, menggambarkan beban ekonomi yang memicu tekanan mental pada perempuan.

DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Kasus bunuh diri kembali mencuat di linimasa media sosial dan pemberitaan arus utama. Sejumlah kasus yang muncul belakangan menimpa perempuan, terutama ibu rumah tangga yang menghadapi tekanan ekonomi. Kondisi ini memicu keprihatinan karena perempuan sering memikul beban terberat ketika ekonomi keluarga melemah.

Manajer Center for Public Mental Health (CPMH) UGM, Nurul Kusuma Hidayati MPsi Psikolog, menjelaskan bunuh diri tidak berdiri pada satu sebab. Faktor sosial, psikologis, dan ekonomi saling memengaruhi hingga menciptakan tekanan hidup yang sangat tinggi. Menurutnya, seseorang dapat jatuh ke titik krisis ketika beban itu tidak lagi mampu dikelola.

“Tekanan hidup yang luar biasa bisa menimpa siapa saja, baik yang bersifat kronis maupun akut. Pada perempuan, beban ganda sebagai ibu rumah tangga, istri, dan kerap menjadi tulang punggung keluarga dapat menjadi pemicu utama,” ujar Nurul melalui keteranganya, Jumat (19/9/2025).

Nurul menuturkan, peran ganda tersebut membuat banyak perempuan berada pada kondisi rentan. Situasi kian berat ketika stigma sosial, tuntutan norma, dan masalah ekonomi hadir bersamaan, termasuk teror penagihan utang dan rasa malu atas kondisi keluarga. Beban berlipat mendorong munculnya rasa tidak sanggup menghadapi masalah.

Ia menyebut beberapa gejala utama dari sisi kesehatan mental. Stres negatif dan kecemasan berlebih memicu kegelisahan berkepanjangan serta pikiran yang terus berputar. Tata kelola emosi yang tidak matang memperparah tekanan sehingga masalah terasa tidak terkendali. Pada tahap tertentu, muncul pikiran putus asa dan kehilangan harapan untuk mencari jalan keluar.

Pengaruh dunia digital juga patut dicermati. Paparan informasi mengenai bunuh diri di media sosial berpotensi menimbulkan efek penularan perilaku. Fenomena yang dikenal sebagai copycat suicide dapat terjadi karena arus informasi yang cepat dan minim penyaringan. Nurul mengingatkan, pola interaksi di ruang digital mampu memperlemah daya tahan mental jika tidak disikapi secara kritis.

Upaya pencegahan membutuhkan pendekatan komprehensif. Literasi kesehatan mental perlu ditingkatkan agar kepekaan terhadap kondisi diri dan orang sekitar bertambah. Akses layanan psikologis yang terjangkau harus diperluas agar masyarakat dapat memperoleh pertolongan sejak dini. Penguatan ketahanan diri dan pemberdayaan perempuan menjadi unsur penting untuk memutus rantai kerentanan.

“Pencegahan efektif ketika berlangsung pada banyak tingkatan. Edukasi melalui media, dukungan tenaga kesehatan, peran kader, serta kampanye publik di ruang strategis perlu berjalan serempak,” kata Nurul.

Ia menegaskan pentingnya mengubah stigma sosial. Media dan figur publik diminta membangun narasi yang empatik serta mendukung perempuan yang sedang berjuang dengan tekanan hidup. Narasi seperti itu diharapkan mampu membuka ruang dialog, mendorong pencarian bantuan, dan menurunkan risiko tindakan ekstrem.

Jika Anda atau orang di sekitar menunjukkan tanda krisis, segera hubungi layanan kesehatan terdekat atau tenaga profesional. Dukungan keluarga, komunitas, dan akses pertolongan pertama psikologis sangat berarti untuk menyelamatkan nyawa.

(riki/sukadana)