Peningkatan Budaya Sadar Berkonstitusi Bagi Generasi Muda Melalui Media Katur Digital Konstitusi
                            
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya, merupakan adagium yang tidak usang melampaui waktu. Adagium ini tentunya mengingatkan pada suatu kewajiban moral bagi generasi penerus bangsa untuk terus mampu berkarya dan mengabdikan dirinya bagi kemajuan dan kebesaran nusa dan bangsa, Indonesia. Bilamana dikaitkan dengan landasan penyelenggaraan berbangsa dan bernegara kita, yakni dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945), maka sudah semestinya generasi penerus bangsa mampu mengimplementasikan secara konkrit nilai-nilai yang terkandung didalam UUD NRI Tahun 1945, yang merupakan konstitusi tertulis di Indonesia dan didalamnya termaktub sila-sila Pancasila pada Preambule Alinea Keempat UUD NRI Tahun 1945 tersebut.
Dalam perkembangan zaman yang semakin hari menuju arah liberalisasi dan globalisasi, memberikan suatu tantangan sekaligus tuntutan bagi generasi penerus bangsa untuk tetap mampu mempertahankan eksistensi dari nilai-nilai yang telah dimiliki bangsa Indonesia yang tercermin pada konstitusi kita yang memuat Pancasila didalamnya. Pancasila yang merupakan konstitutie idee dan recht idee dijabarkan ke dalam Batang Tubuh atau pasal-pasal dari UUD NRI Tahun 1945 yang merupakan staatsfundamentalnorm di Indonesia, sudah semestinya dijunjung tinggi didalam semangat penyelenggaraan pemerintahan maupun kegiatan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Hal tersebut dapat dikaitkan dengan generasi penerus bangsa yang dalam konteks ini memiliki kewajiban untuk mampu menjadi ujung tombak kemajuan bangsa dan Negara Indonesia, dan bilamana tidak tercipta kesadaran berkonstitusi maka terdapat suatu dilematika yang musti mampu diputuskan mata rantainya, sehingga pada akhirnya mampu tercapai solusi yang terbaik terkait dengan problematika bangsa dan Negara Indonesia. Di era pesatnya perkembangan informasi dan teknologi, anak-anak biasa berinteraksi langsung bersama teman-temannya, namun sekarang internet telah menyita waktu mereka selama berjam-jam.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) dua tahun lalu yaitu tahun 2017, menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia menjadi 54,68% dari seluruh penduduk Indonesia, atau sekitar 143,26 juta pengguna. Dengan tingginya pengguna internet oleh generasi muda sejatinya memberikan dampak postif dan dampak negatif. Akan tetapi, saat ini lebih banyak memberikan dampak negatif salah satunya menjadi penyebab rendahnya pemahaman akan konstitusi dan budaya konstitusi di kalangan generasi muda. Oleh karena itu diperlukan suatu terobosan dalam mengenalkan budaya berkonstitusi dikalangan generasi muda dengan media yang dekat dengan dunia mereka saat ini.
Faktor Penyebab Menurunnya Tingkat Kesadaran Generasi Muda Terhadap Budaya Sadar Berkonstitusi
Adapun beberapa faktor generasi muda di era globalisasi ini bersikap apatis atau tidak mau tahu akan pentingnya mengetahui konstitusi negaranya sendiri. Faktor perkembangan zaman yang semakin modern menjadi salah satu faktor terbesarnya. Perkembangan zaman yang modern saat ini tidak diiringi dengan cinta tanah air. Dengan adanya perkembangan teknologi yang cukup tinggi, seharusnya dapat menjadi wadah bagi generasi muda untuk menerapkan budaya literasi akan apa itu konstitusi dan pentingnya bagi negara Indonesia. Jika dilihat dari keuntungan mengetahui konstitusi di zaman sekarang cukup banyak. Konstitusi tidaklah hanya sebagai landasan pengaturan kehidupan berbangsa dan bernegara namun mengadung ideology serta jati diri bangsa.
Adanya perkembangan teknologi dan informasi disertai dengan pesatnya perkembangan arus globalisasi pada akhirnya memicu perubahan yang cukup signifikan pola hidup dari masyarakat Indonesia saat ini. Perubahan ini pun menjadi salah satu penyebab menurunnya tingkat kesadaran generasi muda akan eksistensi nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi. Banyak generasi muda saat ini lebih menyukai kebiasaan hidup orang-orang dari negara lain dengan lebih mencintai produk luar negeri, gaya hidup yang meniru gaya hidup negara lain bahkan pengetahuan akan nilai-nilai Pancasila yang sejatinya sejak kecil didapatkan di sekolah mulai dilupakan esensi dan tindakan nyatanya. Apalagi nilai Konstitusi yang lebih kompleks untuk dipahami oleh masyarakat umum khussunya generasi muda.
Kendala Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Budaya Sadar Berkonstitusi Di Kalangan Generasi Muda
Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan budaya sadar berkonstitusi di kalangan generasi muda. Pertama, partisipasi masyarakat dalam mengenalkan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi kepada anak-anaknya melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Hal ini dikarenakan, masyarakatlah yang mampu untuk memberikan contoh bagaimana nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi itu hidup dan berkembang serta menjiawai seluruh aspek dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara penting untuk diketahui oleh generasi penerusnya. Misalnya membiaskan sejak dini menaati aturan keluarga seperti meminta hak setelah melaksanakan kewajiban di rumah contohnya meminta uang jajan setelah membantu ibu atau ayah membersihkan rumah. Serta membudayakan untuk tidak berlaku koruptif sejak dini dengan tidak mengambil bagian hak orang lain diantara anggota keluarga misalnya.
Pemahaman hukum yang rendah di generasi muda dan masyarakat, bisa terjadi karena mereka hanya mengartikan satu persatu bukan menjadi satu kesatuan, sehingga hal tersebut menjadi kendala dalam memahami hukum itu sendiri. Walaupun pemerintah sudah mensosialisasikannya, terkadang faktor penegak hukum yang tidak dapat menerapkan hukum juga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat dalam terjaminnya mereka atas hukum yang berlaku di Indonesia.
Dalam perkembangan teknologi dan informasi yang sagat masif tentunya untuk mengenalkan hal-hal yang asing dan rumit pun harus mampu mengadopsi serta memanfaatkan dalam hal positif. Dengan menghadirkan inovasi media pengembangan budaya sadar berkonstitusi yang dekat dengan anak-anak generasi saat ini tentunya patut dipertimbangkan. Apabila tetap menggunakan cara konvensional seperti saat ini niscaya hal itu akan susah untuk terwujud. Maka, perlu adanya upaya-upaya yang kreatif untuk mengemas materi budaya sadar berkonstitusi agar lebih menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak agar tujuan menghidupkan kembali semangat nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi dengan mengembangkan budaya sadar berkonstitusi di kalangan generasi muda misalnya anak-anak dapat terwujud.
Konsep Katur Digital Konstitusi Sebagai Inovasi Pengembangan Budaya Sadar Berkonstitusi Di Kalangan Generasi Muda
Katur Digital Konstitusi merupakan sebuah program dan inovasi media pengembangan untuk mengenalkan budaya sadar berkonstitusi kepada generasi muda khususnya anak-anak berbasis digital. Adapaun konsep ini untuk penguatan nilai-nilai Pancasila, penanaman pengetahuan konstitusi serta pengembangkan kesadaran hokum generasi muda untuk mematuhi dan menaati konstitusi yang berlaku.
- Komunitas Historia Konstitusi
 
Karya tutur seperti dogeng ataupun yang lainnya tak pernah ada habis ceritanya, ia akan terus bercerita serta memberi petikan kehidupan karena karya tutur tidak pernah menghakimi. Sehingga menyelipkan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi dalam kemasan karya tutur akan lebih mudah diterima anak-anak. Bahwa Komunitas Historia Konstitusi yang berasal dari mahasiswa hokum dari berbagai jenjang pendidikan yang memiliki kemampuan, minat dan keinginan yang tinggi atas kepedulian untuk pengembangan budaya sadar berkonstitusi. Sehingga akan berpartisipasi secara aktif dalam keberlanjutan program dengan menyebarkan Katur Digital Konstitusi yang berisi pendidikan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi serta pengembangan budaya sadar berkonstitusi dalam kemasan karya tutur misalnya dogeng kepada masyarakat khusunya anak-anak.
- Pojok Baca dan Belmin (Belajar dan Bermain)
 
Pojok Baca dan Belmin perlu dilaksanakan di sekolah untuk mendukung gerakan literasi sekolah khususnya literasi Pancasila dan Konstitusi yang dapat menyeluruh diterapkan di sekolah. Pojok baca merupakan pemanfaatan sudut ruang kelas sebagai tempat koleksi buku-buku Pancasila dan Konstitusi baik elektronik maupun buku cetak yang mudah dipamahi anak-anak. Khusus buku-buku elektronik dikemas dalam karya tutur yang telah disesuaikan dengan pembaca yang mayoritas anak-anak. Sehingga buku digital ini akan memuat materi Pancasila dan Konstitusi yang mudah dipahami. Program pojok baca dilaksanakan setiap hari selama 15 menit. Kemudian dilanjutkan dengan Belmin yaitu Belajar dan Bermain mengenai materi Pancasila dan Konstitusi yang telah mereka baca sebelumnya.
- Panggung Historia Konstitusi
 
Program Panggung Historia Konstitusi dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran untuk memberikan apresiasi kepada anak-anak yang telah memahami materi Pancasila dan Konstitusi dengan cara mendogeng kisah yang berkaitan dengan Pancasila dan Konstitusi yang mereka pahami dan sukai. Adapun naskah yang dibawakan adalah naskah yang berasal dari hasil produksi peserta didik pada program cipta cerita tentang Pancasila dan Konstitusi. Kakak Tutur akan membimbing peserta didik agar mampu berproses dengan baik dan mampu bercerita di depan umum mengenai apa yang telah mereka pelajari selama ini tentang Pancasila dan Konstitusi. Sehingga nantinya akan dipilih Duta Historia Konstitusi bagi yang memiliki pemahaman terbaik dalam ceritanya terkait nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi yang dibawakannya. Dalam implementasi Katur Digital akan membagi tahap implementasinya menjadi empat bagian yaitu:
a. Grand Opening day (Pembukaan)
Pada tahap implementasi ini bertujuan untuk mensosialisasikan program pendidikan dan pengembangan literasi Pancasila dan Konstitusi dengan Katur Digital Konstitusi kepada anak-anak, orang tua dan tenaga pendidik di instansi pemerintahan.
b. Karya Tutur 1 : Pada sesi ini bertujuan untuk mengenalkan media karya tutur dalam media digital yang menginternalisasikan materi nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi melalui penyampaian karya tutur dari Kakak Tutur ke anak-anak. Dalam tahap implementasi awal ini berisi kegiatan di dalam ruangan yang berisi tentang permainan menyenangkan melalui media yang dibuat dan media sosial. Kemudian Kakak Tutur dibagi untuk mendampingi kelompok anak-anak ke dalam beberapa kelompok. Metode ini juga dibagi ke dalam beberapa tahapan:
Berbas (Bermain Bebas): Permainan bebas, akan merangsang pengetahuan dan kreativitas anak dan akan mulai membentuk struktur mental dan struktur sikap atas penerapan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi yang sederhana.
Meme Bonta (Mendongeng dengan Media Boneka Tangan): Dalam tahap ini, peserta didik disuguhkan cerita-cerita yang berisi materi nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi dengan boneka tangan dan diiringi musik. Tahap ini penting untuk memberi pemahaman awal akan Pancasila dan Konstitusi dengan cara mendongeng secara menarik bagi anak-anak agar mudah untuk dipahami dan diimplementasikan.
c. Karya Tutur 2
Pada sesi kedua ini, tim pelaksana menitikberatkan pada pendalaman nilai Pancasila dan Konstitusi yang mulai ditinggalkan generasi muda sekarang sehingga nilai-nilai luhur Pancasila dan Konstitusi kemudian dikemas melalui media yang menyenangkan dapat dipahami dengan baik. Pada tahap ini juga ada kegiatan Pedotif (Pemutaran Video Edukatif ): anak-anak diajak untuk menonton tayangan film edukatif atau video documenter yang berkaitan dengan Pancasila dan Konstitusi. Video edukatif tersebut adalah salah satu media yang dibuat untuk mengantarkan perkembangan nilai sejarah Pancasila dan Konstitusi dan maknanya dalam suatu film yang mudah dipahami oleh anak-anak. Setelah pemutaran film, disusul dengan kuis pertanyaan terkait isi film.
d. Closing Ceremony (Penutupan)
Tahapan closing ini merupakan tahapan puncak dari program Katur Digital yang bertujuan untuk memberikan penghargaan Duta Historia Konstitusi kepada anak-anak yang secara aktif mengikuti kegiatan. Duta Historia Konstitusi yang terpilih disesuaikan dengan kategori yang telah ditentukan. Pada tahap akhir ini pula terdapat serangkaian acara motivasi dari mahasiswa dan praktisi hukum kepada Duta Historia Konstitusi dan ditutup dengan video dokumentasi selama program Katur Digital dilaksanakan dan kemudian dipublikasikan ke akun sosial media Katur Digital Konstitusi.
Oleh karena itu, Katur Digital Konstitusi merupakan sebuah ide kreatif dan inovatif untuk mendidik dan mengembangkan budaya berkonstitusi kalangan generasi muda dengan melibatkan mahasiswa hukum sebagai Kakak Tutur yang ikut serta dalam pelaksanaan program saat terjun ke sekolah-sekolah untuk mengenalkan Katur Digital Konstitusi kepada anak-anak, orang tua anak serta tenaga pendidiknya. Sehingga diharapkan Katur Digital Konstitusi semakin dikenal berbagai kalangan agar mempercepat internalisasi nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 yang kian hari kian meluntur keberadannya serta belum adanya perhatian khusus pemerintah untuk mengembangkan solusi yang menarik untuk mengatasi permasalahan ideologi dan konstitusi di negara ini.
Rekomendasi Penulis Terhadap Beberapa Pihak
Rekomendasi yang dapat diberikan penulis berdasarkan hasil pembahasan karya tulis ilmiah ini adalah meliputi:
Bagi pemerintah dapat menjadi program percontohan di daerah-daerah seluruh Indonesia misalnya di kawasan yang rawan perpecahan dan radikalisme serta tindakan intoleransi antar sesama warga Negara untuk dikenalkan dan dijalankan.
Bagi sekolah dan mahasiswa hukum lainnya untuk dapat mengadopsi konsep atau program ini untuk menjadi media pendidikan dan pengembangan budaya sadar berkonstitusi dan Pancasila sejak dini.
Bagi masyarakat, menanamkan kembali atau revitalisasi pentingnya memahami identitas negara dalam penerapan kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi negara yaitu UUD NRI Tahun 1945.
Oleh: I MADE MARTA WIJAYA
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana.