Podiumnews.com / Kolom / Opini

Sebab Menantu PNS Adalah Idaman Mertua

Oleh Podiumnews • 18 Oktober 2018 • 14:09:58 WITA

Sebab Menantu PNS Adalah Idaman Mertua
Ilustrasi

Di suatu senja yang syahdu, Paijo dan Paijem asyik duduk bersantai sembari online mencari informasi berita di hape nya masing-masing. Disanalah muncul informasi mengenai seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).

Sebuah pekerjaan primadona yang menjadi dambaan bagi banyak orang. Pekerjaan yang menjadi pengharapan hampir seluruh orangtua di Indonesia untuk anaknya. Begitu juga (khusus bagi yang belum menikah) karena katanya calon mertua akan lebih ramah dan respect kalau calon mantunya seorang PNS. Ya, menjadi PNS masih identik menjadi sebuah jaminan akan kebahagiaan dan pamor di masyarakat.

Maka ketika Pemerintah mengumumkan ada seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang gaungnya sampai pada setiap grup WA keluarga besar, dengan total lowongan ribuan posisi, sontak membuat masyarakat Indonesia bersorak kegirangan.

Tidak bisa dielakan, inilah yang dinanti. Inilah yang akan menyelamatkan (katanya menjadi jaminan kesejahteraan) hari tua nanti.

Jumlah lowongan tersebut nantinya akan tersebar di berbagai Lembaga dan Pemerintah Provinsi.

Obrolan dan harapan pun dimulai, “Mas, kamu kan sudah lama jadi tenaga honorer, berarti harusnya nggak lama lagi bakalan diangkat jadi PNS dong?”

“Hemmm, ya enggak juga, Dek!”

“Lah, kok bisa? Bukannya biasanya kalau tenaga honorer gitu, kalau pas ada bukaan CPNS, bisa langsung diangkat ya, Mas?”

“Sekarang udah beda aturannya, Dek.”

“Beda gimana, Mas?”

“Iya, jadi setelah Undang-Undang ASN (Aparatur Sipil Negara) ditetapkan, proses pengangkatannya itu harus melalui seleksi. Udah nggak bisa itu, diangkat secara otomatis. Lagian, katanya sekarang Pemerintah lebih membutuhkan tenaga khusus dibandingkan tenaga umum. Dan katanya lagi, banyak tenaga honorer yang tidak memenuhi persyaratan, misalnya seperti umur yang udah di atas 35 tahun.”

 “Tapi kan kamu belum 35 tahun toh, Mas? Berarti bukannya nggak ada masalah?”

“Iya, tapi aku kan juga cuma lulusan SMA, Dek”

“Emang kalau lulusan SMA nggak bisa, Mas?”

“Ya, bisa sih, tapi…”

“Tapi gimana, Mas?”

“Posisi pekerjaanku sekarang kan ngurus administrasi, nah di bagian pekerjaanku itu sekarang yang dibutuhkan minimal lulusan D3, sudah bukan SMA lagi.”

“Terus kalau yang lulusan SMA itu bisanya di bagian apa, Mas?”

“Sik, ayo kita buka website nya aja.” Ucap Paijo sambil membuka hapenya nya.

 “Ehm, oh atau ini aja, sesuai persyaratan kelulusan aku daftar jadi pengawas tahanan. Sepertinya ini menarik juga.”

“Halah, sok-sokan mau jadi pengawas tahanan, wong lihat preman tatoan dikit saja sudah gemeter, kok. Malah aku nanti yang repot.”

“Repot gimana, Dek?” Paijo penasaran.

“Lha yo repot nyiapin pampers, biar kamu di sana nggak kencing sembarangan karena ketakutan dibentak narapidana yang tatonya pasti sekujur badan”.

Paijo tertawa agak jengkel, “Lambemu, Jem.”

“Nah ini aja, Mas. Gimana kalau kamu jadi mualim kapal? Kayaknya lebih aman. Pasti akan membawa berkah bagi keluarga kita.”

 “Emang kamu tahu mualim kapal itu kerjanya apa?”

“Yang jadi imam kalau di kapal itu bukan, Mas?

“Opo iyo? Aku juga nggak tahu, Dek. Ah, wes embuhlah Dek, bingung”.

“Lah terus, kamu rencananya gimana, Mas? Untuk kelangsungan kehidupan kita?”

“Ehm, kalau aku tetep jadi honorer sama nulis-nulis di podiumnews.com aja gimana, Dek? Lagian katanya PODIUM juga lagi buka lowongan magang? Kayaknya lumayan…”

“Jangan di PODIUM, Mas. PODIUM kere, pasti nggak ada duitnya.”