Berhenti Saling Menyalahkan
PESAN yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku Kepala Negara agar semua tidak menghabiskan energy saling menyalahkan terkait pembatalan Piala Dunia Sepak Bola U-20 2023 digelar di Indonesia oleh FIFA, mesti dimaknai secara positif.
Presiden mengaku memahami kekecewaan dan kesedihan yang dirasakan masyarakat. Dirinya pun secara jujur turut mengakui kecewa dan sedih terhadap keputusan Federasi Sepak Bola Internasional tersebut.
Sebagai bangsa yang besar, Presiden mengajak semua pihak jangan melihat ke belakang. Jadikan hal itu sebagai pembelajaran berharga bagi kita semuanya, bagi persepakbolaan nasional Indonesia.
Presiden Jokowi juga mengajak semua pihak menghormati keputusan FIFA, meski harus merasa kecewa.
Presiden juga tidaklah tinggal diam, ia meminta PSSI mempercepat penyelesaian Peta Biru Transformasi Sepak Bola Indonesia 2023-2045. Selain itu juga menugaskan Erick Thohir selaku ketua PSSI melobi FIFA agar tidak memberikan sanksi yang berat kepada persepakbolaan Indonesia.
Lalu pada Sabtu (1/4), Presiden juga mendatangi langsung untuk bertemu dengan skuad Timnas Sepak bola U-20 Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, untuk memberikan mereka dorongan dan semangat.
Ini hanyalah sebagian kecil yang terlihat dari upaya-upaya lain dilakukan Presiden Jokowi untuk meredam kekecewaan masyarakat dan Timnas Indonesia yang telah berlatih susah payah selama berbulan-bulan demi sebuah mimpi besar tampil di pentas sepak bola dunia.
Semua sikap dan keputusan cepat yang diambil Presiden Jokowi termasuk kehadirannya menemui langsung Timnas kita, menunjukan sikap kenegarawaan seorang pemimpin.
Jika merunut ke belakang lagi, dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023, tak lepas dari peran besar seorang Jokowi sebagai Presiden. Ia ingin menghadirkan mimpi dan memberikan kebanggaan kepada masyarakat dan persepakbolaan Indonesia.
Sehingga sebetulnya sangatlah pantas, Jokowi sebagai pribadi menjadi orang yang paling berhak merasa kecewa dan sedih. Namun hal itu tidak ia tunjukan, karena ia sadar sebagai seorang presiden justru bertugas harus mengatasi persoalan ini.
Jadi seharusnya sebagai bagian dari bangsa ini, kita harus turut mendukung dan mengikuti apa yang disampaikan dan sudah dicontohkan oleh Presiden Jokowi. Setidaknya dengan tidak lagi membuat kegaduhan dengan saling menyalahkan.
Bangsa ini sudah terlalu banyak kegaduhan yang seharusnya tidak perlu, namun sengaja dipolitisir untuk mengaduk-aduk perasaan publik yang pada ujungnya untuk mendiskreditkan tokoh atau kelompok tertentu. Tentulah semuanya sarat kepentingan politik di dalamnya.
Maka sekali lagi, marilah kita berhenti saling menyalahkan. Kini saatnya kita bangkit melihat ke depan seperti yang dikatakan Presiden Jokowi dengan cara menata dan mempercepat tranformasi sepak bola Indonesia.
Sebab kita adalah bangsa yang besar, dan sudah sepantasnya mempunyai prestasi besar di tingkat dunia sehingga akan semakin dihormati bangsa-bangsa lain di dunia. Namun jika terus terjebak pada kebiasaan saling menyalahkan maka mimpi itu rasanya sulit tercapai. (*)