Search

Home / Khas / Sosial Budaya

Ritual Hormati Tumbuhan di Tumpek Wariga

Editor   |    08 Juli 2023    |   16:36:00 WITA

Ritual Hormati Tumbuhan di Tumpek Wariga
Walikota Jaya Negara melaksanakan Upacara Wana Kerthi dan Nguduh Sarwa Tumuwuh yang dipusatkan di Pura Agung Lokanatha, Sabtu (8/7/2023). (foto/adhi)

JAMAK ditemui berbagai upacara ritual penghormatan terhadap alam lingkungan termasuk tumbuhan oleh umat Hindu di Bali.

Seperti Sabtu (8/7/2023) bertepatan dengan Saniscara Kliwon Wuku Wariga yang diperingati sebagai perayaan Tumpek Wariga.

Hari raya ini di Bali juga dikenal dengan sebutan Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, Tumpek Uduh, atau Tumpek Bubuh yang diperingati oleh Umat Hindu setiap enam bulan sekali dengan pemberian upakara kepada tumbuh-tumbuhan.

Upacara ritual peringatan tak hanya dirayakan warga biasa melainkan juga oleh pemerintahan daerah di Bali. Untuk Pemerintah Kota(Pemkot) Denpasar secara khusus melaksanakan Upacara Wana Kerthi dan Nguduh Sarwa Tumuwuh yang dipusatkan di Pura Agung Lokanatha dengah dihadiri  Walikota Denpasar IGN Jaya Negara.

Diiringi dengan suara kidung dan gender wayang, rangkaian upacara peringatan Tumpek Wariga diawali dengan ngaturang upakara, dilanjutkan dengan ngelis dan persembahyangan bersama yang dipuput Ida Pedanda Gede Putra Keniten, Griya Tainsiat.

Usai persembahyangan, Walikota Jaya Negara bersama jajaran turut melaksanakan Upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh. Hal ini dilaksanakan dengan memberikan persembahan kepada tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan persembahan bubuh lima jenis warna.

Dalam Tutur Lontar Bhagawan Agastyaprana, kelima jenis bubuh tersebut yakni pertama bubur/bubuh beras putih dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan penghasil umbi-umbian.

Kedua, bubur/bubuh beras merah dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan biji-bijan.

Ketiga, bubur/bubuh sumsum hijau (kayu sugih) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah melalui penyerbukan bunga putik, seperti mangga, klengkeng, wani, kelapa, prapat (mangrove), dan lainnya.

Selanjutnya keempat, bubur/bubuh ketan (warna kuning) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah pada batang, seperti nangka, durian, langsat, kepundung, dan lainnya.

Terakhir kelima adalah bubur/bubuh beras injin (beras hitam) dihaturkan kepada tumbuh- tumbuhan dan tanaman hias yang menghasilkan bunga, daun warna- warni, dan/atau minyak harum.

Dimana, Bubur tersebut kemudian ditempelkan pada pohon setelah ditoreh sedikit sembari mengucapkan sesapa. "Kaki kaki, Nini nini, Sarwa tumuwuh. Niki tiyang ngaturin bubuh mangda ledang tumbuh subur, malih selae lemeng Galungan. Mabuah apang nged, nged, nged." Hal itu dimaksudkan agar pohon berbuah dan berbunga banyak agar dapat dipersembahkan saat Galungan nanti.

Walikota Jaya Negara mengatakan, peringatan Tumpek Wariga di Kota Denpasar memang rutin dilaksanakan. Hal ini juga sejalan dengan Instruksi Gubernur Bali Nomor 6 Tahun 2023 tentang Perayaan Tumpek Wariga dengan Upacara Wana Kerthi.

Meski demikian, di Kota Denpasar, selain upacara Wana Kerthi juga dilaksanakan Upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh atau memberikan persembahan bubuh bagi tumbuh-tumbuhan.

Lebih lanjut dijelaskan, saat Tumpek Wariga, upacara umumnya dilakukan di kebun atau tegalan. Dimana, Umat Hindu menghaturkan sesaji berupa canang dan bubur dari tepung beras yang dipersembahkan untuk Dewa Sangkara, yang merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tumbuh-tumbuhan.

Jaya Negara menambahkan, Tumpek Wariga merupakan hari untuk memberi penghormatan kepada alam dan lingkungan, khususnya tumbuh-tumbuhan.

Sehingga, perayaan Tumpek Wariga juga merupakan penjabaran dari salah satu inti konsep Tri Hita Karana, yakni membangun hubungan harmonis antara manusia dengan alam.

"Mari kita bersama, Umat Hindu dimanapun berada menjadikan Tumpek Wariga ini sebagai momentum untuk meningkatkan sradha bhakti, wujud syukur kepada alam semesta yang telah memberikan anugrah kekayaan alam, dengan menyucikan dan memuliakan tumbuh-tumbuhan yang memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi umat manusia," ujar Jaya Negara. (adhi/sut)


Baca juga: Kisah Mistis Pelinggih Mobil di Desa Sangket