KETERBATASAN fisik bukan menjadi alasan bagi Komang Sudiarta untuk menyerah untuk dapat berkarya. Justru memacu semangatnya berusaha jauh lebih keras lagi. Alhasil, usahanya itu tak sia-sia. Komang Sudiarta berhasil menyulap samah plastik menjadi karya seni bernilai ekonomi berharga jutaan rupiah. Sudiarta menuturkan bahwa dirinya memiliki fisik tidak seperti orang normal lainnya akibat mengalami kecelakaan semasa kecil di bagian tangannya. Namun hal itu tak menghalangi semangatnya terus mencoba berkarya menuangkan ide kreatif. “Setidaknya saya bisa menambah penghasilan untuk kehidupan keluarga sehari-harinya,” kata Sudiarta, Minggu (26/11/2023) di Buleleng. Ia lalu menceritakan awal mula dirinya daapt menekuni bidang kreatif. Semua itu berkat dorongan semangat yang diberikan Camat Tejakula, Buleleng, Gede Suyasa. Ia yang memiliki hobi melukis sejak masih duduk di usia sekolah dasar (SD) sempat merasa canggung untuk memulai membuat karya seni berupa topeng dan miniatur patung dari bahan kertas bekas serta sampah plastik. Sebab sebelumnya lelaki yang sudah memiliki satu orang anak ini hanya mempunyai pengalaman sebagai pelukis dan sama sekali tak berpengalaman membikin patung. Ia sendiri sempat menekuni melukis selama kurang lebih tujuh tahun. Kemudian sekitar 2,5 tahun lalu, ia memberanikan diri untuk mulai mencoba dengan terlebih dahulu memanfaatkan sampah yang telah dikumpulkan dari rumah warga sekitar tempat tinggalnya. "Awalnya saya dipaksa sama pak Camat, ya bagaimana saya sebelumnya cuma pelukis, tapi mungkin dilihat karena saya punya potensi jadi terus dipaksa sampai akhirnya saya coba dan benar-benar jadi sebuah karya seni dengan murni berbahan dari sampah yang bisa saya jual," ungkapnya. Dalam proses pembuatan miniatur patung ataupun karya seni lainnya. Pria yang lama bekerja di Gianyar tersebut mengawali dan menyelesaikan proses pembuatan dengan memohon doa restu di sanggah (pura keluarga). Sehingga saat mengerjakan permintaan dari pelanggan semua berjalan lancar sekaligus hasil karyanya sesuai. Kemudian sampah yang dipakai bahan untuk membuat karya seni, laki-laki kelahiran 1984 ini mengaku tak menjadi kendala dan cara mendapatkannya tidak sulit. Sebab ada yang diberikan tetangga sekitar rumah dan ada dibeli dengan murah dari pemulung yang ditemuinya. "Sebenarnya untuk kendala hanya pada ide dan tema dari karya yang akan dibuat, akan tetapi untuk memperlancar semua itu saya selalu sembahyang setiap mengawali dan menyelesaikan hasil karya. Sehingga apa yang dihasilkan benar-benar sesuai harapan pelanggan," jelasnya. Pria yang berasal dari Banjar Dinas Kanginan Desa Tejakula ini menyebutkan selain miniatur patung ada sejumlah pesanan lain yang biasanya diminta pelanggan mulai dari logo, topeng, dan souvernir lainnya yang dibuatnya sendiri di rumah usai berjualan bubur bersama sang istri di depan Kantor Camat Tejakula setiap pagi. Di mana harga yang ditawarkan bervariasi tergantung jenis karya ukuran karya dan tingkat kesulitan selama proses pengerjaan pesanan yang diminta pelanggan. Dirinya mencontoh misalnya seperti miniatur patung dan logo berkisar seharga dari Rp 1,5 juta - Rp 3 juta lebih, tergantung pada ukuran. Sedangkan topeng berkisar seharga Rp 100 ribuan tergantung tingkat kesulitannya. "Selama ini pesanan memang tidak menentu dan beberapa datang dari instansi di sekitar Kecamatan Tejakula. Memang ini hanya sebagai pekerjaan sampingan usai berjualan bubur tapi ini bagi saya membantu dalam menambah kebutuhan sehari-hari kami," sebutnya. Sementara itu, Camat Tejakula Gede Suyasa mengatakan bahwa meski mempunyai keterbatasan fisik ternyata tidak menjadi penghalang bagi Sudiarta untuk terus berkarya mengolah sampah yang tidak berharga menjadi barang yang memiliki nilai atau manfaat ekonomi. ‘Selain mampu berdaya secara ekonomi, Komang juga bisa turut berpartisipasi menjaga lingkungan,” ujarnya. Ia berharap karya Komang Sudiarta ke depannya dapat menyentuh sektor pasar pariwisata sebagai souvenir yang diminati para wisatawan. "Kita sudah proses untuk HAKI-nya. Jadi meskipun saat ini belum banyak yang memesan, namun kami tidak hanya fokus terhadap penjualan semata (perlindungan karya cipta. red),” terangnya. (suteja)
Baca juga:
Primadona Buah Naga dari Bali Utara