PODIUMNEWS.com - Jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Saat ini, sekitar 400 ribu kasus baru kanker terdeteksi setiap tahunnya, dengan angka kematian mencapai 240 ribu kasus. Jika langkah pencegahan dan deteksi dini tidak diperkuat, diprediksi melonjak hingga lebih dari 70 persen pada 2050. Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. Dante Saksono Harbuwono menegaskan bahwa kanker tidak hanya menjadi tantangan medis tetapi juga masalah sosial dan ekonomi yang kompleks. “Biaya pengobatan yang tinggi, hilangnya produktivitas, serta dampak psikologis bagi pasien dan keluarga menjadi beban berat yang harus ditangani. Karena itu, deteksi dini menjadi strategi utama yang terus diperkuat,” kata Prof Dante melalui keterangan resminya, Kamis (6/2/2025). Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa deteksi dini kanker di Indonesia masih menjadi tantangan. Banyak pasien datang dalam kondisi stadium lanjut, sehingga tingkat keberhasilan pengobatan menurun dan biaya perawatan meningkat. “Padahal, hingga 50 persen kasus kanker bisa dicegah dengan pola hidup sehat seperti menjaga pola makan, rutin berolahraga, tidak merokok, menghindari alkohol, serta menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala,” terangnya. Untuk itu, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker 2024-2034 untuk memperkuat skrining dan deteksi dini. Rumah Sakit Kanker Dharmais, sebagai pusat kanker nasional, mengembangkan layanan skrining berbasis risiko melalui inovasi I-Care (Indonesia Cancer Risk Examination). Teknologi ini memungkinkan masyarakat melakukan deteksi dini risiko kanker dengan pemeriksaan genetik menggunakan sampel darah, yang dapat mendeteksi risiko kanker payudara, kolorektal, lambung, prostat, dan paru. Selain itu, upaya deteksi dini kanker serviks semakin diperluas dengan skrining menggunakan metode HPV DNA yang lebih sensitif dibandingkan metode konvensional. (devi/suteja)
Baca juga:
Upayakan Kelor Mampu Saingi Ginseng Korea