IKAYANA: Budaya, Aset Pariwisata Bali
PERAYAAN setengah abad Ikatan Alumni Universitas Udayana (IKAYANA) di Denpasar menjadi momentum penting untuk merenungkan kembali potensi pariwisata Bali, khususnya pada aset-aset budaya yang seringkali luput dari perhatian.
Seminar nasional yang digelar dalam rangkaian acara tersebut, dengan tajuk "Pariwisata Budaya: Pengejawantahan Sumber Daya Alam Tidak Berwujud," membuka cakrawala baru mengenai kekuatan "intangible assets" dalam membangun pariwisata berkelanjutan.
Bali, dengan keindahan alamnya, telah lama menjadi primadona pariwisata dunia. Namun, keunggulan sejatinya terletak pada kekayaan budaya, tradisi, dan kearifan lokal yang sulit ditiru.
Kekayaan ini, seperti yang diungkapkan Ketua Umum IKAYANA, Dr Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, adalah "modal budaya" yang bukan hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga energi pendorong bagi pembangunan bangsa.
Kita perlu mengakui, dalam pengelolaan pariwisata, seringkali fokus terlalu tertuju pada "tangible assets" seperti lanskap dan infrastruktur. Sementara, "intangible assets" yang justru menjadi pembeda Bali di kancah global, belum digali secara optimal.
Kekayaan budaya Bali, dengan segala keunikannya, menyimpan potensi besar untuk memperkuat daya saing pariwisata di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Oleh karena itu, gagasan IKAYANA untuk mendorong reinterpretasi, reintegrasi, dan adaptasi budaya dalam pengelolaan pariwisata patut diapresiasi. Seminar nasional tersebut diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran bagi pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam merumuskan kebijakan strategis.
Denpasar, sebagai ibu kota Provinsi Bali, memiliki peran penting dalam mewujudkan visi ini. Sinergi antara pemerintah kota dan organisasi seperti IKAYANA menjadi kunci untuk menggali dan mengembangkan potensi budaya sebagai aset pariwisata.
Peringatan 50 tahun IKAYANA hendaknya menjadi titik tolak bagi kita semua untuk lebih menghargai dan melestarikan budaya Bali. Kekayaan budaya bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga modal untuk masa depan.
Dengan pengelolaan yang tepat, "intangible assets" dapat menjadi pilar utama pariwisata berkelanjutan, yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga menjaga identitas dan jati diri Bali. (*)