Bali Bermimpi, Surga Tanpa Noda
SEBUAH perjalanan panjang dimulai di Pulau Dewata. Para ahli, seperti nahkoda yang membaca peta bintang, mengarahkan Bali menuju surga tanpa sampah. Ekonomi sirkular menjadi kompas, dan kolaborasi menjadi layar yang menangkap angin perubahan. Namun, badai tantangan siap menghadang, menguji tekad dan komitmen semua pihak.
Fabby Tumiwa, sang peramal masa depan lingkungan, menyerukan pendekatan holistik: penegakan hukum, infrastruktur yang kokoh, insentif ekonomi yang menggoda, partisipasi masyarakat yang tulus, dan pengurangan plastik yang drastis. Bali, dengan peta jalan Economic Kerthi Roadmap 2045, menargetkan 100 persen pengelolaan sampah. Sebuah mimpi besar yang membutuhkan regulasi yang jelas, edukasi publik yang menggema, dan perubahan perilaku yang mendalam.
Teknologi waste-to-energy, sang dewa penyelamat, menawarkan janji-janji indah. Namun, investasi besar dan kendala teknis mengintai, seperti bayang-bayang di balik cahaya. Para ahli berbisik tentang solusi yang lebih sederhana, lebih ekonomis, dan lebih berkelanjutan: pengurangan sampah di sumbernya dan pengolahan di tingkat komunitas.
Di Pulau Dewata, kolaborasi menjadi kunci utama. Pemerintah, masyarakat, sektor swasta, akademisi, dan NGO bersatu, merajut asa untuk Bali yang bersih dan lestari. Akankah mimpi ini menjadi kenyataan, ataukah sampah akan terus menggerogoti keindahan Pulau Dewata? Hanya komitmen dan tindakan nyata yang dapat menjawabnya, mengubah Bali menjadi surga yang bersinar kembali. (fathur)