Remaja Tewas, Akhiri Malam Ugal-ugalan
TRAGEDI dini hari di perempatan Tohpati, Denpasar Timur, Jumat (28/3/2025), sekali lagi menyentak kita. Remaja 12 tahun meregang nyawa, menjadi korban dari kombinasi mematikan: kecepatan tinggi, abai rambu lalu lintas, dan boncengan tiga. Mirisnya, ini bukan insiden tunggal. Di jalanan Denpasar, khususnya Gatsu Barat, malam hari kerap menjadi arena trek-trekan liar remaja. Aksi ugal-ugalan yang bukan hanya membahayakan nyawa sendiri, tapi juga pengguna jalan lain.
Data Satlantas Polresta Denpasar menunjukkan, kecelakaan yang melibatkan remaja terus meningkat. Ini bukan sekadar angka statistik, tapi tragedi kemanusiaan yang harus segera diakhiri. Di balik setiap korban, ada keluarga yang berduka, masa depan yang sirna. Lalu, sampai kapan kita akan terus meratapi korban berjatuhan?
Di sinilah peran semua pihak dituntut. Orang tua, garda terdepan, jangan biarkan anak remaja keluyuran malam tanpa tujuan jelas. Awasi pergaulan mereka, kenali teman-temannya. Beri pengertian bahwa jalanan bukan sirkuit balap. Jadikan rumah sebagai tempat perlindungan, bukan sekadar tempat singgah.
Aparat kepolisian, saatnya bertindak tegas. Bukan sekadar razia sporadis, tapi penegakan hukum yang konsisten. Tindak tegas para pelaku trek-trekan, berikan efek jera. Libatkan tokoh masyarakat, sekolah, dan komunitas untuk memberikan edukasi tentang keselamatan berlalu lintas.
Pemerintah kota, sediakan fasilitas bagi remaja untuk menyalurkan energi secara positif. Bangun ruang kreatif, tempat olahraga, atau aktivitas lain yang bermanfaat. Jangan biarkan mereka mencari pelarian di jalanan.
Ini bukan semata-mata soal kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas. Ini soal menyelamatkan generasi bangsa, aset masa depan kita. Jangan biarkan mimpi-mimpi mereka padam di jalanan. Saatnya semua pihak bergandengan tangan, menghentikan malam kelam Denpasar. (*)