Podiumnews.com / Kolom / Editorial

Nyepi, Hening Bali Mendunia Memukau

Oleh Editor • 31 Maret 2025 • 15:47:00 WITA

Nyepi,  Hening Bali Mendunia Memukau
Ilustrasi: suasana bandara yang sepi saat Nyepi. (podiumnews)

BALI kembali menunjukkan identitasnya sebagai pulau dengan tradisi kuat. Di tengah gemerlap pariwisata dan arus modernitas, Nyepi hadir sebagai penanda. Bukan sekadar ritual tahunan, Nyepi adalah manifestasi keheningan sakral yang mampu menghentikan denyut kehidupan pulau selama 24 jam. Sebuah paradoks yang menarik perhatian dunia internasional.

Pemberitaan media asing, seperti CNN Travel, Times of India, Simple Flying, dan Lifestyle Asia, adalah bukti nyata. Mereka tidak hanya memberitakan, tetapi juga mencoba memahami esensi Nyepi. CNN Travel, misalnya, menyoroti implikasi kultural dan logistik dari penghentian aktivitas di Bali. Penutupan bandara, hotel, dan tempat wisata, yang berani mengorbankan potensi ekonomi, menunjukkan betapa sakralnya tradisi ini bagi masyarakat Bali.

Times of India melihat Nyepi dari perspektif antropologis, sebagai antitesis perayaan tahun baru yang lazim ditemui di dunia. Di tengah pesta pora, Bali memilih refleksi diri. Sebuah pilihan yang mengingatkan kita, di tengah hiruk pikuk modernitas, akan pentingnya jeda, introspeksi, dan harmoni dengan alam.

Simple Flying, dengan fokus pada industri penerbangan, memberikan analisis mendalam tentang dampak Nyepi terhadap lalu lintas udara. Penutupan Bandara Internasional Ngurah Rai selama 24 jam menunjukkan betapa kuatnya pengaruh tradisi ini. Lalu bagaimana Lifestyle Asia menjelaskan secara detail, kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan masyarakat Bali.

Keheningan Nyepi adalah narasi budaya yang kompleks. Ia adalah dialog antara tradisi dan modernitas, antara lokalitas dan globalitas. Sebuah narasi yang terus memikat dunia, mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Di tengah dunia yang semakin cepat dan bising, Bali menawarkan jeda, sebuah oase keheningan yang patut kita renungkan. (*)