Selektif, Bali Jangan Asal Terima Turis!
KASUS pencurian yang dilakukan oleh seorang turis asal Amerika Serikat (AS) di Bali kembali menjadi tamparan keras bagi pariwisata Pulau Dewata. Alasan kehabisan uang yang diungkapkan pelaku sungguh ironis, mencoreng citra Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia. Kejadian ini bukan yang pertama, dan jika dibiarkan, akan terus merusak reputasi Bali.
Sudah saatnya Bali lebih selektif dalam menerima wisatawan. Konsep "pariwisata berkualitas" harus diimplementasikan secara tegas. Bukan berarti Bali harus menutup diri dari wisatawan mancanegara, tetapi lebih kepada seleksi yang ketat untuk memastikan bahwa wisatawan yang datang memiliki niat baik dan kemampuan finansial yang cukup.
Beberapa langkah konkret perlu diambil. Pertama, pengetatan proses visa dan imigrasi. Calon wisatawan harus memiliki bukti kemampuan finansial yang memadai sebelum diizinkan masuk ke Bali. Selain itu, rekam jejak kriminal juga perlu diperiksa untuk mencegah masuknya individu yang berpotensi melakukan tindak kejahatan.
Kedua, peningkatan pengawasan di tempat-tempat wisata dan penginapan. Pemasangan CCTV dan patroli petugas keamanan harus diintensifkan. Pihak hotel dan penginapan juga perlu dilibatkan dalam mengawasi tamu mereka.
Ketiga, sosialisasi mengenai adat dan budaya Bali kepada wisatawan. Wisatawan perlu memahami bahwa Bali bukan hanya tempat untuk bersenang-senang, tetapi juga memiliki aturan dan norma yang harus dihormati. Edukasi mengenai biaya hidup di Bali juga penting agar wisatawan tidak kaget dan terjerumus dalam tindakan kriminal.
Keempat, penegakan hukum yang tegas. Wisatawan yang melanggar hukum harus diproses sesuai aturan yang berlaku. Jangan ada kesan tebang pilih atau perlindungan terhadap wisatawan asing yang berbuat salah.
Bali adalah aset berharga bangsa. Mari kita jaga bersama dari ulah wisatawan yang tidak bertanggung jawab. Pariwisata berkualitas adalah kunci untuk menjaga kesucian Pulau Dewata dan memastikan manfaat ekonomi pariwisata dinikmati oleh masyarakat Bali. (*)