Search

Home / Kolom / Editorial

Empat Anak, Ancaman atau Solusi Budaya Bali?

Editor   |    13 April 2025    |   23:45:00 WITA

Empat Anak, Ancaman atau Solusi Budaya Bali?
Ilustrasi: Editorial. (podiumnews)

GAGASAN Gubernur Bali, Wayan Koster, mengenai program Keluarga Berencana (KB) empat anak kembali menyita perhatian. Alih-alih mengikuti program KB dua anak yang lazim, Koster berargumen bahwa populasi orang Bali perlu ditingkatkan untuk melestarikan budaya mereka. Budaya, kata Koster, adalah satu-satunya keunggulan Pulau Dewata. Tanpa penduduk yang cukup, tradisi seperti mebanjar, ngelawar, dan perayaan keagamaan terancam punah.

Argumen Koster tentu bukan tanpa dasar. Populasi orang Bali, jika tidak dijaga, bisa saja menyusut. Pertanyaannya, apakah empat anak adalah solusi terbaik? Di tengah isu kepadatan penduduk dan keterbatasan sumber daya, usulan ini memicu perdebatan. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali bisa membebani infrastruktur dan lingkungan Bali yang kecil.

Di sisi lain, kekhawatiran Koster akan hilangnya budaya juga beralasan. Tradisi Bali yang unik dan kaya perlu diwariskan dari generasi ke generasi. Jumlah penduduk yang memadai penting untuk memastikan tradisi ini tetap hidup. Dukungan dari kalangan alumni ITB menunjukkan bahwa gagasan Koster memiliki pendukung.

Namun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kebijakan ini. Program KB empat anak harus diimbangi dengan perencanaan yang matang, termasuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengelolaan lingkungan, dan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Keseimbangan antara pelestarian budaya dan keberlanjutan lingkungan perlu dijaga.

Selain itu, pelestarian budaya tidak hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas. Bagaimana memastikan bahwa anak-anak Bali tidak hanya banyak, tetapi juga memiliki pemahaman dan kecintaan yang mendalam terhadap budaya mereka? Pendidikan dan revitalisasi tradisi perlu digalakkan.

Gagasan Koster membuka ruang diskusi yang penting tentang masa depan Bali. Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan semua aspek, demi menjaga keindahan dan keunikan Pulau Dewata bagi generasi mendatang. (*)


Baca juga: Sasar Turis Berkualitas