Kuta Membara: Pondasi Rapuh, Api Melalap Cepat
ASAP kelabu kembali mengepung Kuta. Bukan kali pertama, namun rentetan si jago merah kali ini menyisakan duka mendalam. Bangunan-bangunan semi permanen, yang jamak berdiri di kawasan pariwisata yang gemerlap itu, menjadi santapan empuk lidah api.
Dalam sekejap, material ringan dan konstruksi seadanya tak mampu menahan keganasan kobaran.
Tragedi ini bukan sekadar kerugian materi. Lebih dari itu, ia menguak kerapuhan infrastruktur di jantung pariwisata Bali. Bangunan semi permanen, meski mungkin hadir sebagai solusi cepat atau adaptasi ruang, menyimpan risiko besar.
Minimnya standar keamanan, instalasi listrik yang rentan, dan aksesibilitas pemadam kebakaran yang terbatas menjadi bom waktu yang kini meledak.
Pertanyaan mendasar pun muncul: sampai kapan pemandangan pilu ini akan terus berulang? Apakah regulasi dan pengawasan terhadap pembangunan, khususnya bangunan semi permanen di zona vital seperti Kuta, berjalan efektif? Jangan sampai, gemerlap pariwisata justru menutupi potensi bahaya yang mengintai.
Pemerintah daerah dan pihak terkait perlu bertindak cepat dan tegas. Evaluasi menyeluruh terhadap izin pembangunan, penegakan standar keamanan yang ketat, serta sosialisasi bahaya kebakaran yang masif menjadi langkah mendesak.
Jangan biarkan Kuta terus membara hanya karena pondasi yang rapuh dan kelalaian yang berulang. Ini bukan sekadar memadamkan api, tapi juga membangun kesadaran dan keamanan jangka panjang. (*)