Podiumnews.com / Kolom / Editorial

Kebut-kebutan Bule Nodai Bali

Oleh Editor • 13 Mei 2025 • 00:38:00 WITA

 Kebut-kebutan Bule Nodai Bali
Editorial. (Podiumnews)

LAGI-LAGI, perilaku sejumlah pelancong asing di Bali mencoreng citra pariwisata yang didambakan. Kali ini, empat Warga Negara Asing (WNA) di Kuta Selatan mempertontonkan aksi kebut-kebutan di jalan raya pada Sabtu (10/5/2025) malam.

Untungnya, kesigapan aparat Polsek Kuta Selatan yang tengah berpatroli rutin berhasil mengamankan para pelaku speeding yang berpotensi merenggut keselamatan pengguna jalan lain.

Tindakan represif kepolisian patut diapresiasi. Patroli yang menyasar titik-titik rawan balap liar menunjukkan respons cepat terhadap potensi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Empat unit motor gede (moge) dengan nomor polisi berbeda, termasuk dari luar Bali, menjadi barang bukti pelanggaran yang tak bisa dianggap enteng.

Namun, insiden ini menyentil pertanyaan mendasar. Apakah aksi ugal-ugalan ini sekadar manifestasi arogansi turis yang merasa bebas berbuat semaunya di negeri orang? Ataukah ini cerminan minimnya pemahaman mereka terhadap kultur berlalu lintas di Indonesia, khususnya di Bali yang memiliki kekhasan norma dan adat?

Kuta Selatan, etalase pariwisata Bali, bukanlah arena adu kecepatan. Jalanan yang saban malam dipadati kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, menuntut kehati-hatian dan kepatuhan pada rambu. Aksi speeding dengan moge, kendaraan berkapasitas besar, jelas mengancam nyawa. Penindakan kali ini, yang untungnya tak menemukan indikasi kejahatan lain, harus menjadi pelajaran berharga.

Penegakan hukum semata tak cukup. Perlu ada upaya sistematis untuk mengedukasi para pelancong sejak mereka menginjakkan kaki di Bali. Sosialisasi aturan lalu lintas dan norma lokal harus menjadi agenda prioritas, melibatkan berbagai pihak, mulai dari otoritas imigrasi, pengelola akomodasi, hingga penyediaan informasi yang mudah diakses di ruang publik.

Bali menjual pesona alam dan keunikan budaya. Citra aman dan nyaman adalah pilar penting pariwisata berkelanjutan. Aksi kebut-kebutan, apalagi dilakukan oleh wisatawan, adalah noda yang merusak citra tersebut dan berpotensi menimbulkan antipati dari masyarakat lokal.

Oleh karena itu, selain penindakan tegas, langkah preventif melalui edukasi yang masif dan berkelanjutan adalah kunci. Para wisatawan harus memahami bahwa menikmati keindahan Bali juga berarti menghormati aturan dan norma yang berlaku. Jangan sampai kebebasan menikmati liburan diartikan sebagai kebebasan untuk bertindak sembrono dan membahayakan orang lain.

Aparat kepolisian diharapkan terus meningkatkan patroli dan pengawasan, sementara seluruh elemen pariwisata harus bersinergi dalam menanamkan kesadaran berlalu lintas yang bertanggung jawab kepada setiap wisatawan yang datang. Bali harus tetap menjadi surga yang ramah dan aman bagi semua. (*)