Podiumnews.com / Kolom / Editorial

Mengembalikan 'Guna' Sampah dengan Kearifan Lokal

Oleh Editor • 17 Mei 2025 • 02:06:00 WITA

Mengembalikan 'Guna' Sampah dengan Kearifan Lokal
Editorial. (Podiumnews)

LANGKAH Pemerintah Kota Denpasar menggandeng desa adat dalam mengatasi persoalan sampah melalui Gerakan Bali Bersih Sampah patut diapresiasi. Inisiatif ini bukan sekadar respons terhadap kondisi TPA Suwung yang kian mengkhawatirkan, melainkan juga sebuah terobosan cerdas dengan memberdayakan kearifan lokal melalui penyusunan Pararem Pengelolaan Sampah.

Kita tahu, masalah sampah di perkotaan, termasuk Denpasar, bukanlah fenomena baru. Pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi yang pesat menghasilkan volume sampah yang terus meningkat, seringkali melampaui kapasitas infrastruktur pengelolaan yang ada. Mengandalkan sistem konvensional yang berujung pada penumpukan di TPA jelas bukan solusi berkelanjutan.

Di sinilah letak keunikan dan potensi keberhasilan pendekatan Denpasar. Desa adat dengan struktur sosial dan nilai-nilai gotong royong yang kuat memiliki peran sentral dalam kehidupan masyarakat Bali. Mengintegrasikan pengelolaan sampah ke dalam Pararem bukan hanya memperkuat aspek legal, namun juga menyentuh kesadaran kolektif dan tanggung jawab moral setiap individu dan keluarga.

Pararem sebagai regulasi berbasis adat memiliki keunggulan tersendiri. Ia tidak hanya berisi larangan dan sanksi, tetapi juga nilai-nilai budaya yang dihormati dan diyakini oleh masyarakat. Dengan demikian, kepatuhan terhadap pengelolaan sampah diharapkan tumbuh dari kesadaran internal, bukan sekadar ketakutan akan hukuman formal.

Sinergi antara pemerintah kota, desa adat, dan desa/kelurahan menjadi kunci keberhasilan gerakan ini. Workshop yang telah dilaksanakan menjadi momentum penting untuk menyatukan visi dan menyusun Pararem yang efektif dan implementatif. Dukungan dari Pemerintah Provinsi Bali juga memberikan angin segar dan membuka peluang untuk menjadikan model pengelolaan sampah berbasis kearifan lokal ini sebagai inspirasi bagi daerah lain.

Tentu, penyusunan dan implementasi Pararem bukanlah pekerjaan mudah. Perlu sosialisasi yang masif, pemahaman yang sama, dan komitmen yang kuat dari seluruh elemen masyarakat. Namun, dengan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas Bali, kita optimis bahwa langkah ini akan membuahkan hasil yang signifikan.

Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni mendatang diharapkan menjadi puncak dari gerakan ini, sebuah momentum kebangkitan kesadaran dan aksi nyata. Mari kita dukung penuh upaya Pemerintah Kota Denpasar dan desa adat dalam mewujudkan Bali yang bersih dan lestari. Sampah bukan lagi sekadar limbah yang dibuang, namun memiliki potensi untuk dikelola dengan bijak, dimulai dari sumbernya, dengan sentuhan kearifan lokal yang mendalam. Inilah saatnya mengembalikan 'guna' sampah demi keharmonisan alam dan kehidupan di Pulau Dewata. (*)