Search

Home / Kolom / Editorial

Jambret Ancam Pariwisata Bali

Editor   |    23 Juni 2025    |   21:14:00 WITA

Jambret Ancam Pariwisata Bali
Editorial. (Podiumnews)

KASUS penjambretan yang menimpa wisatawan asing di kawasan Kuta-Seminyak kembali terjadi. Kali ini, seorang turis Belanda harus kehilangan kalung emas senilai Rp35 juta. Ironisnya, kejadian ini bukanlah yang pertama, melainkan rentetan panjang dari insiden serupa yang terus berulang dalam beberapa bulan terakhir. Dari turis India, Oman, hingga Australia, semuanya menjadi korban pola kejahatan yang hampir identik: pelaku bersepeda motor, memepet, dan merampas barang berharga.

Fenomena ini adalah alarm keras bagi kita semua, terutama bagi keberlangsungan pariwisata Bali. Sebagai destinasi wisata kelas dunia, keamanan adalah aset tak ternilai yang harus dijaga mati-matian. Ketika wisatawan merasa tidak aman, citra Bali yang ramah dan indah akan tercoreng, dan dampaknya bisa fatal bagi perekonomian lokal yang sangat bergantung pada sektor ini.

Pihak kepolisian memang telah berupaya meningkatkan patroli dan pemantauan CCTV. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa upaya tersebut belum cukup efektif untuk meredam gelombang kejahatan ini. Kelemahan penjagaan di dini hari dan tingginya mobilitas wisatawan menjadi celah yang terus dimanfaatkan para pelaku.

Kita tidak bisa hanya mengandalkan polisi. Perlu ada langkah-langkah konkret dan kolaborasi multi-pihak yang lebih masif. Pemerintah daerah, asosiasi pariwisata, pelaku usaha, hingga masyarakat lokal harus bersinergi. Edukasi kepada wisatawan mengenai pentingnya kewaspadaan diri perlu digencarkan. Pemasangan CCTV di titik-titik rawan harus diperbanyak dan diawasi secara aktif. Patroli keamanan lingkungan (pecalang) dapat dioptimalkan di area-area padat turis, terutama pada jam-jam rawan.

Masyarakat juga memegang peranan kunci. Respons cepat terhadap teriakan minta tolong atau indikasi kejahatan bisa sangat membantu. Sikap acuh tak acuh seperti yang dialami korban penjambretan terbaru adalah sesuatu yang harus kita hindari.

Bali adalah rumah kita bersama, dan pariwisata adalah denyut nadinya. Jika kita gagal menciptakan rasa aman bagi para tamu, maka kita sendiri yang akan merugi. Sudah saatnya kita bertindak lebih tegas dan terkoordinasi untuk memberantas kejahatan jalanan ini. Jangan biarkan Bali yang kita cintai ini terus-menerus diselimuti bayang-bayang ketakutan. (*)

Baca juga :
  • Bali, Ruang Pulang bagi Jiwa
  • Darurat IMS-HIV Remaja
  • Menertibkan, Bukan Menghukum